26 Des 2022

It's Me Again, Menantang Dunia

Hai?
Kembali lagu menulis disini setelah sekian lama itu biasa saja rasanya. Terlalu banyak up and downs soalnya di 2022 ini. Hehehe.
Alhamdulillah-nya, aku lebih tenang hadapi itu semua.
Bisa jadi, karena ini tahun dimana aku belajar jadi tegas, even ke diriku sendiri. Selain itu aku dalam pengobatan psikolog yang herannya bisa sangat aku percaya. Sehingga ekspresi itu segera dapat tersampaikan, tidak seperti dulu- yang kudu mikir panjang dulu mau nulis disini enggak, mau apa- atau nggak mau apa.

Daripada laman-nya usang dan berdebu, makanya aku nulis aja yaa.. meski se-random ini hehehe.
Here I am. Menuju kepala 3 yang tengah, dan hebatnya masih berdiri sendiri. Memilih sendiri itu ternyata hebat. Entah hebat, entah sudah berapa orang mencoba mendobrak tembok hati ini, tidak bergeming sedikit pun. Hahaha.
Aku lebih bisa menikmati 2022-ku, lebih tenang, tidurku lebih nyenyak. Meski 2022 bagi sebagian orang termasuk chaos, aku bisa melalui chaos itu dengan saangaaat aman tenang. Hingga heran sama diriku sendiri. Well alhamdulillah. Anak Abah bisa tegak dan gak nangisan hahaha.

Lagu yang lagi ku repeat one sekarang adalah Tulus - Interaksi... yang mana persis dengan apa yang lagi on-going di kepala. Bener-bener deh, jawara Bucantik (sebutanku untuk psikolog ku). Apapun yang beliau pernah sampaikan di berbagai sesiku dengan beliau, kebanyakan bener dan kejadian. Termasuk lewatnya lagu ini di timeline ku.
Recently, lagi maju mundur untuk "having a close relationship" ama seseorang, dan hebatnya Bucantik, lirik lagu ini menyampaikan sebagian besar kekawatiranku akan those relationship. Bucantik once pernah bilang: lagu yang keputer disekitar kita itu ada karena apa yang kita pikirkan. Itu namanya kekuatan pikiran.

Bisa dibilang, 2022 ku berjalan oke karena under her treatment. Sebelumnya aku yang merasa sombong paling ahli isi hati orang ini, dibikin sukses ambruk menangis oleh beliau. Intinya beliau bikin aku yang selama ini merasa didzolimi dunia.. sadar bahwa ternyata yang dzolim itu adalah diriku sendiri ke diri ini. Terlalu banyak unfinish busines yang aku acuhkan padahal itu berpengaruh besar untuk kelanjutan langkahku.

Halooo.. 5 hari menuju 2023 dan aku merasa bahagia, cukup, penuh, recharge. Terimakasih yaa 2022 dan tahun-tahun sebelumnya, kalian membentuk pribadiku.
Wis, cukup, tak siap-siap nunggu travel ke bandara dateng. 
Oh iya.. ini lirik lagunya btw:

Manalah kutahu datang hari iniHari di mana ku melihat diaYang tak aku bidik, yang tak aku cariDuga benih patah hati lagi, tahu begini

Jika bisa memilih tak bertemumu pasti
Itu yang kupilih
Jika bisa kuhindari garis interaksi
Itu yang kupilih

Ingin bawanya ke tempat-tempat indah
Tipikal klise ingin tahu pikirnya
Entah ini ingin, entah ini sayang
Si hati rapuh tantang wahana, oh, lagi-lagi

Aku yang tak berkendali di oasis sendu
Itu yang kupilih
Aku yang tak kuasa mengendalikan/kenali hati
Tak semua kupilih

Alam dan seluruh energinya
Apa dalam ciptanya ada aku?
Bila bukan untuk aku
Hindariku dari patah hati itu

Jika dia memang bisa untukku
Sini, dekat dan dekatlah
Dan jika, dia memang bukan untukku
Tolong, reda dan redalah

Reda dan redalah,
Reda dan redalah, atau mendekatlah..

But I do hope sekarang dia merasa tidak nyaman, sama persis dengan rasa tidak nyaman yang aku rasakan.
Asli aku tahu, apalah aku, ku tahu aku tidak ada dalam dunianya. 
Asli aku tidak berharap aku dipilihnya menghabiskan hari, tapi jika memang tidak untuk lebih dekat lagi, setidaknya, rasa tidak nyaman ini bisa ku netralkan. 
Please, just.. sadarlah? Hehe.