31 Okt 2016

Dear Autumn, Goodbye

Setting tempat: pilih aja. satu kota bermusim empat. jalanan ramai menuju lengang.
Waktu : menjelang senja, sepulang kerja.

Berjalan di udara autumn mengingatkanku ada satu masa, bertanya-tanya, akan jadi setua apa aku?

Menjadi seonggok makhluk yang dikaruniai nyawa membuat manusia berutang budi pada Penciptanya. Mungkin kadang hutang budi itu yang membuat mereka terlalu tamak, atau sebaliknya, rendah diri hingga ingin mengakhiri hidupnya.

Impian, nyata, dan doa.
Berkutat dari situ saja harapanku.

Kusimpan dua telapak tangan didalam coat furing tebal yang hangatnya sudah mulai tipis dan ternyata suhu udara jalanan sudah mulai menggigilkanku petang ini. Kuhirup udara dalam-dalam, karena aku tahu mungkin tahun depan sudah berada ditempat lain, yang....entahlah, mungkin tidak memiliki musim autumn yang hampir habis seperti saat ini.

Satu dari empat bagian usiaku, belajar. Bahwa mendongak keatas tidak akan lebih baik daripada melihat kebawah. Seorang senior yang aku kagumi berkata, emmm.. lihat kedepan.

Picture Source here

Maka diakhir musim yang manis untuk kuingat, aku kembali melangkah. Berharap musim dingin tak cepat datang, dan sedikit rindu tertahan untuk segera pulang menuju negeri dua musim-ku.

well Autumn, goodbye!