14 Des 2012

Hope The Rain Will Erase

perjalanan yang entah bagaimana harus kuawali ini, kujalani dengan langkah biru.
seringkali aku merasa hampir terjatuh, terkadang merasa benar-benar terantuk batu,
tapi hebatnya aku masih dapat bertahan dan kembali melanjutkan..
dannn hebatnya lagi, selalu ada hal yang dapat kulakukan meski terasa tidak dapat lagi dipertahankan..
aku, berjalan dengan atau tanpa sentuhan.

kau tahu? kadang hal-hal indah di dunia tidak terbatas dengan indera. kita merasakannya, dan tiba-tiba kita bahagia. bagaimana kau sebut itu?
aku selalu bertanya pada diriku sendiri, kenapa bisa aku mempunyai pikiran yang seringkali terlalu dangkal dan negatif akan suatu hal. padahal tidak sebenarnya segala hal itu negatif.
lelah sekali rasanya untuk selalu berpikir negatif dan membiarkan "gawan" ini menjadi hal yang dominan merajai hati, pikiran, perasaan, dan juga ucapan-ucapanku.
aku ingin menjadi seorang yang berada pada parameter "wanita seutuhnya" yang kuciptakan.. itu tidak terlalu tinggi bagiku, tapi tetap saja.... sulit.

aku bertemu banyak orang disini, banyak pribadi, banyak tabiat, banyak sifat. beberapa diantaranya tidak pernah kutemui sebelumnya.
banyak tercipta hubungan-hubungan baru, cerita baru, masalah baru, dan tentu saja .. ilmu baru.
well setidaknya.. aku merasa akan ada hal positif dengan segala kekurangan yang aku punyai sekarang. ada hal yang setidaknya dapat membuatku tersenyum meskipuuun, saat ini aku merasa tidak memiliki banyak hal yang bisa dibanggakan.
yah, aku merasa sangat tidak sempurna, minder, punya banyak kekurangan disini.
mungkin Tuhan sedang mengujiku, mungkin juga tidak. berharap ini segera teratasi dengan baik.
berharap aku tidak banyak pikiran saat seharusnya pikiranku terfokus pada ilmu, ilmu, dan ilmu..
yah, hope the rain will erase all.

27 Nov 2012

Di Jurang Kenanganmu Aku Sempat Bertahan

Selama ini aku selalu mencoba menghapus ingatan yang berkaitan denganmu, baik itu ingatan yang seharusnya tidak begitu penting, hingga ingatan-ingatan yang membekaskan jejak keberadaanmu di kepala.

Yes, hal-hal kecil yang selalu saja kau ulang berulangkali. 

Hwem...
Terkadang kau memintaku melakukannya pula, 
dan itu menjadikan ciri khas dirimu dan menorehkannya sebagai biodata utamamu di kepala. 

Hal-hal kecil yang kurasa manis, tetapi yah.. aku merasa akhirnya harus berani menghapus semuanya.


Seringkalinya aku bertanya pada Tuhan, mengapa kita perlu dijumpakan? 

Mengapa waktu itu ada? 

Serta berjuta pertanyaan lainnya termasuk pertanyaan "why me??", itu juga berkali-kali kuulangi. 

Tapi...
Aku merasa perlahan Tuhan memang menunjukkan jalan yang harus kulakukan. 
Yakni melupakanmu, benar-benar melupakanmu.


Sedih sekali melihat perubahanmu yang begitu cepat.
Entah karena aku tak bersamamu lagi untuk waktu yang kurasakan sangat amat lama,
atau memang kejamnya dunia baru merubahmu menjadi seseorang yang.............................asing.

Aku meminta Tuhan, dan akhirnya Dia menjawabnya dengan banyak petunjuk.

So here I am now,
So hard to say goodbye, but I have to.

So hard to say thankyou for everything, but I need to thank it to you.
Well, it was over.

Dan diujung jurang kenanganmu, kenanganku, dan juga segala kenangan kita kini aku berdiri.
Bersiap meluncurkan segalanya tetangmu kedasarnya hingga tidak ada yang tersisa.

Di jurang ini aku sempat bertahan, hingga Dia telah memberi petunjuk terjelasNya.
Di jurang ini aku bertahan, dan menangis terkadang.
Di jurang ini.

16 Nov 2012

Aku dan Pepohonan Basundhara

aku tak tahu apa yang dibawanya,
karena saat bertemu, aku merasa seperti telah terjadi sebelumnya..
hingga matahari fajar di puncak basundhara mencoba mengangkatnya setinggi dagu.

langkah demi langkah aku lalui tanpa satupun menyapa,
hanya semilir angin gunung, pohon bernyanyi bersama, hewan-hewan kecil bersayap sesekali lewat,
menemaniku dengan setia, memberikan kekuatan tuk melangkah lagi dan lagi..
melangkah menujunya.

perjalanan yang asing, hingga tak lagi asing dibuatnya.
apa yang telah kuperbuat? apa yang kulakukan selama ini?
bukankah dia selalu ada bersamaku..
pertanyaanku kujawab sendiri, kulakukan sendiri...
dan matahari senja basundara mengaburkannya.

ketika aku berpaling, sesuatu mencoba menahan.
keinginan yang lebih dari seharusnya, berharap lebih dari yang biasanya.
entah apa yang membuatnya berbeda.
dan pepohonan basundhara mencoba menceritakannya.

Sang Ksatria pernah berada dan berpijak ditempat yang sama sepertiku.
dia menyapa seluruh alam dengan satu senyuman menenangkan.
ketika aku tidak mampu, dia melakukannya dengan baik.
apa yang dibawanya, membuat alam memeluk malam-malam serta doanya.

pernah aku berharap, sekali saja Yang Maha mengijinkan aku bertemu dengan Sang Ksatria.
tetapi langkahku sendiri berbelok sebelum waktunya.
mungkin menutup diri, sedikit terbuka namun tak cukup untuk terlihat berubah.
penyesalan selalu terbayar dengan sedikit kesedihan.

kini sepertinya Dia telah memberiku jalan kembali,
menuntunku perlahan menuju tempatnya berada.
aku tak henti mengucap doa, dan berharap semua akan baik-baik saja seperti yang dijanjikanNya.
hingga pepohonan dan dedaunan basundhara, tersenyum  samar dibalik rona merah senja ini.

30 Okt 2012

Dan Disinilah Aku.. Patah Hati.


kamu tidak akan tahu rasanya, ya karena kamu tidak merasa.
kamu tidak paham bagaimana, soalnya ini semua bukan tentangmu.
selalu mencoba memahami, meski kamu tak juga paham. akankah seperti itu selamanya?

saat aku mencoba meletakkan hati, kau membawanya. tidak, tidak pernah merasa terjaga. karena kau hanya membuangnya ke tempat yang lebih buruk dari yang seharusnya.

aku belum mengetahui dimana letak baiknya dirimu. belum mengetahui, entah belum memahami.
selalu, saat aku mencoba menarik diri, kau kembali menunjukkan padaku sisi itu lagi.
iya, sisi yang membuatku pelan-pelan mengagumi sosokmu. pelan-pelan mencintaimu. pelan-pelan merasa kehilangan kalau kau pergi jauh. pelan-pelan cemburu, pada segala perhatian yang kau beri pada sosok selain diriku.
pelan-pelan menjadikanmu yang tertinggi diantara kaum mu yang lain.
pelan-pelan pula, merasa kaulah yang ditunjukNya untukku.

sungguh aku ingin kau pergi jauh. lebih mudah melupakanmu jika kau tak disini, tidak berada disekitarku.
sungguh aku tidak ingin selalu mengingatmu. karena, itu sakit.
aku tidak ingin menjadikan mimpi-mimpiku penuh denganmu.
karena itu sakit. menyakitkan.

aku tahu itu semua hanya semu. kau tidak pernah benar-benar serius memintaku menunggu.
karena jika kau memintaku menunggu, akan aku lakukan sampai nyawa ini terambil.
tapi tidak. kau tidak memintanya.
gantung. sakit. semu.

lama-lama aku merasa sangat membencimu.
lama-lama, membencimu adalah keseharianku.
tapi kenapa semakin aku benci, semakin aku sedih?

kenapa??

serasa melukai harapan-harapan yang kubangun dengan sembunyi-sembunyi jika hati ini menghitam untuk membencimu.

lalu aku sadar, inilah yang disebut "terlalu cinta".
lalu aku sadar, aku menemukanmu yang tak sempurna. hingga aku mencintai kesempurnaanmu yang semu. aku cinta ketidakmampuanmu untuk menjadi sempurna. aku, tiba-tiba saja percaya aku mampu jadi sempurna, bersamamu.

lalu aku sadar, kaulah penyempurnaku.

namun ini salah. semakin menyakitkan  begitu aku bangun dari lamunan itu. memalukan.

kamu tak pernah menunjukkan tanda-tanda itu. kamu tidak, atau semoga saja ada harapan bahwa kamu "belum" menunjukkannya padaku.
sudah terluka sendiri, merasa sedih, sendirian. berdiripun aku tak mampu.

maka inilah kisah patah hatiku yang bertahan. kau tahu itu dirimu, tapi kau ... tak pernah mencoba membenarkan itu.

ingatlah hari-hari itu. senyuman dalam keterpurukanmu. sedih yang ada karena sifat bimbangmu. kita pernah melaluinya bersama.

dan disinilah aku. sendiri. tidak akan meminta / memohon / mencoba agar kau mengerti.
dan disinilah aku. patah hati.

23 Okt 2012

BOROBUDUR, The Greatest Budha Heritage Site

Setelah sekian lama tidak update soal postingan jalan-jalan dan melulu soal "galau", akhirnya kuberanikan diri untuk kembali menulis tema jalan-jalan. Hahaha.

Awalnya kupanjatkan syukur se syukur-syukurnya. Pokoknya bersyukur sekali dianugerahi sekolah lagi di Yogyakarta, yang artinya aku bakal sering jalan-jalan menikmati keindahan dan kekayaan alam di daerah multikultural ini. Dahulu waktu pertama kali tahu kalau aku bakal stay disini untuk beberapa lama (setidaknya yang tertulis di perjanjian beasiswa, 1.5tahun) aku sudah mulai merencanakan untuk mengunjungi situs-situs kerajaan, candi, peninggalan-peninggalan yang lokasinya bertebaran di wilayah DIY dan Jawa Tengah, dan itu menyenangkan.. I'm so exciting!

Tadi seharian aku mengunjungi situs ternama yang telah menjadi warisan dunia nomor 592 (UNESCO World Heritage List Number 1991, given on 1991) yaitu candi Borobudur.

Kucuplik dari situs wikipedia, Borobudur adalah nama sebuah candi religius Budha yang lokasinya berada di Magelang. Jarak dari Kota Yogyakarta kurang lebih 35 hingga 40 km yang kutempuh dengan bersepeda selama kurang lebih 1 jam.

Borobudur berbentuk stupa, menurut sejarahnya bangunan ini didirikan oleh para religius Budha Mahayana pada tahun 800 M saat Raja Syailendra berkuasa. Bangunannya terdiri atas enam teras kotak atau bujur sangkar dengan latar melingkar diatasnya, pada dindingnya dihiasi dengan 2.672 relief. Menurut wikipedia juga, stupa utama terbesar teletak di tengah sekaligus memahkotai bangunan ini, dikelilingi oleh tiga barisan melingkar 72 stupa berlubang yang didalamnya terdapat arca buddha tengah duduk bersila dalam posisi teratai sempurna. Sayang karena tingkah laku wisatawan serta pihak-pihak yang kurang bertanggungjawab, kepala Buddha banyak yang hilang. Kini apabila kita kesana, sudah tidak lagi diperbolehkan untuk memanjat stupa, duduk di tatakan relief, maupun berlama-lama disana meskipun bukan hari libur. Wisatawan domestik maksimal berada di situs paling lama 10 menit, bergantian dengan wisatawan yang lain. Semakin tidak menyenangkan. Hiks..

larangan ini diletakkan di banyak tempat, mengantisipasi wisatawan yang melanggar tanpa sepengetahuan petugas 
hari biasapun banyak anak-anak sekolah yang berkunjung ke Candi Borobudur seusai pelajaran 
Monumen megaaahh nan indah ini merupakan model alam semesta dan dibangun sebagai tempat suci untuk memuliakan Buddha sekaligus berfungsi sebagai lokasi ziarah untuk menuntun umat manusia beralih dari alam nafsu duniawi menuju pencerahan dan kebijaksanaan sesuai ajaran Buddha.
Waktu aku kesini, ada sekelompok peziarah sedang berdoa di sisi Timur, sayang aku tidak mengabadikan gambar mereka berdoa bersama. Mereka tampak bernyanyi dalam irama senada dengan khusyuk, tidak terganggu oleh banyaknya wisatawan yang lewat.
Para peziarah masuk melalui sisi timur memulai ritual di dasar candi dengan berjalan melingkari bangunan suci ini searah jarum jam, sambil terus naik ke undakan berikutnya melalui tiga tingkatan ranah dalam kosmologi Buddha. Ketiga tingkatan yang dimaksud antara lain Kamadhatu, Rupadhatu, dan Arupadhatu.

Oh iya, ketika masuk ke kawasan wisata, pengunjung dewasa diwajibkan menggunakan selempang batik lho. Kalau kata petugas sih untuk melestarikan budaya batik. Yahh kupakai saja karena bagus. He he he. Petugas berjaga di pintu masuk kawasan dan membagikan pinjaman batik, yang nanti dikembalikan sekeluarnya kita dari kawasan Candi Borobudur.

wisatawan dewasa wajib mengenakan selempang batik ini, domestik maupun mancanegara 
Kalau kuingat-ingat, sudah bertahun lamanya aku tidak mengunjungi Candi Borobudur ini. 5 atau 7 tahunan. Mungkin karena letaknya yang jauh dari kampung halaman, dan juga tidak ada acara mendesak yang membawaku ke situs ini. Sudah banyak hal yang berubah semenjak aku terakhir kesini. Diantaranya penggunaan batik selempang, larangan memanjat, memegang patung didalam stupa dan duduk di situs. Disebabkan penurunan kualitas yang drastis sekali semenjak kunjungan terakhirku dulu. Sangat amat kusayangkan, karena pihak tak bertanggungjawab kita tak bisa melestarikan cagar budaya kita yang bentuk seperti ini hanya terdapat satu-satunya didunia, di ujung Magelang yang asri. Pemandangannya masih sangat indah, gunung dan perbukitan yang mengelilingi Borobudur masih ada. Gunung Sumbing juga masih kokoh disana.

Kabar yang kudengar, Borobudur telah berhasil ditetapkan sebagai Candi Budha terbesar didunia menurut Guinnes Book Of Record. Selamat ya! (sumber)


pemandangan di sekitar Candi Borobudur, sayang gunung-gunung yang berada di sisi sebaliknya dari gambar yang sedang kuambil ini tertutup awan jadi tak bisa kuabadikan
Mari kita bayangkan. Sayang sekali apabila nanti kita mengenalkan ke anak cucu kita hanya bisa memandang Borobudur dari kejauhan kan? Sekarang untunngnya kita hanya dilarang untuk memegang patung Buddha, naik stupa, memanjat batunya. Kalau nanti?

Yuk siapapun yang membaca postinganku ini, ayo lestarikan budaya dan cagar budaya kita.
Apa mau, kita hanya memberikan cerita ke anak cucu tanpa ada bukti?

Sekian postingan kali ini. Ayo jalan-jalan lagi! Siapa mau ikut?

Hanya Perlu Kau Tahu

menurutmu siapa yang lebih salah,
menyayangi dan berkorban tapi di sia-siakan, atau membiarkan dia dengan sayang yang hanya ada dalam hati?
menurutmu apa yang lebih baik,
memperingatkan tentang kekhawatiran, atau membiarkan terjadi agar dia belajar?
menurutmu apakah hal yang baik,
memendam rasa dan perasaan, atau menyatakannya meskipun berujung luka?

kau pikir siapa yang kusia-siakan selama ini?
kau pikir apa yang coba kubuang dari masa laluku yang kau buat jadi buruk?
kau pikir kau bukan orang yang harus bertanggungjawab atas hati dan drama-dramaku?

jangan merasa benar, sebelum semua orang selain dirimu mengatakan kau benar.
jangan merasa suci, sebelum kau mengetahui dosa dan bagaimana menebusnya.
jangan merasa jatuh cinta, kalau itu memang bukan cinta.

ceritamu yang muluk-muluk itu, kau pikir aku peduli?
mulut yang manis penuh janji itu, kau pikir aku percaya itu abadi?
sampah hanyalah sampah.. dusta selamanya dosa..
dan kau membuat semuanya tampak buram dan tak perlu dianugerahi sebuah nyawa.

saat kau berkata janji, dengan Tuhan mu sebagai jaminannya, Dia mendengarmu.
tidak perlu menampakkan sisi terbaikmu didepanku.
cinta akan selalu membuka tabir kejujuran, dan jika kau memaksanya, itu duniawi.

lebih baik kau punah, dan tak ada.
lebih baik kita tak pernah berjumpa karena kau tak lagi berharga.

bukan, ini bukan benci.
aku hanya ingin menunjukkan siapa diriku sebenarnya agar kau tahu.
aku hanya ingin kau paham, tidak semua orang sempurna. karena memang tidak ada.
kau hanya perlu menekan hatimu kembali kepada batas sabar.
batas diam. batas antara tenang dan berduka.

kau hanya perlu tahu, denganmu aku tak jatuh cinta.
kau hanya harus tahu, hati ini, hati yang tampak berduka untukmu.. itu palsu.
akan selalu ada seorang lainnya.. tapi bukan dirimu.

19 Okt 2012

Bagaimanapun

meski aku tak ingin mewujudkannya sekarang, aku ingin bisa diperlakukan seperti itu..
meski aku belum memilikinya sekarang, aku tak ingin nanti merasa kehilangan seperti itu..
meski aku belum benar-benar merasakannya sekarang,
aku tak ingin terluka dalam dan terpuruk seperti itu..
aku ingin dicintai seperti itu..
aku ingin diperhatikan, memperhatikan, merasa diperhatikan dan memberikan perhatianku..
aku ingin segera melangkah menuju gerbang itu..
meski belum mampu, tapi semua yang kutanya awalnya merasa begitu...

aku ingin... meski belum mau.
ingin.. meski benar-benar belum mampu.
semoga Dia Yang Maha mendengar harapanku.

17 Okt 2012

Aku Berada Dikotamu


Saat berada dikotamu..
Ingin rasanya kembali di sudut jalan dimana kita pertama kali bertemu. Kuminta seorang kawan untuk mengantarkanku ketempat dirimu berdiri menungguku. Ingat tidak? Saat itu matahari bersinar malu-malu saat kedua tangan kita berjabat. Saat itu aku merasa ingin mengenal sosokmu lebih dalam.
Saat aku baru tahu bagaimana merasa jatuh cinta itu, untuk kali pertama..

Sebenarnya agak sulit mengutarakan cerita ini kembali, selain karena terlalu singkatnya perjumpaan kita, da nasal kau tahu saja..melupakanmu sudah menjadi kebiasaanku tiap malam sebelum tidur. Tetapi untung itu sudah berlalu beberapa waktu lamanya J

Kau tau? Tempat kita bertemu selalu menjadi tempat terindah dimataku.
Tempat – tempat yang kau tunjukkan, sambil bercerita mengenai hal – hal yang tak pernah kutanyakan, adalah tempat dengan ukiran tentangmu di kepalaku.
Masihkah kau ingat? Masihkah semua itu kau simpan?
Aku bahagia, dan bagaimanapun singkatnya kita berjumpa. Aku sangat merasa bahagia sesudahnya.
Aku bahagia, dan saat sedihku aku menghibur diri dengan kenangan itu, dan membuat diriku sendiri bahagia, dengan merasa bahwa aku pernah sebahagia itu dalam hidupku.
Lihatlah betapa kenanganmu terlalu dalam menancap di kepala.

Waktu berlalu tidak begitu cepat, kalau mengingat saat aku harus merelakanmu. Sempat mencoba mengikuti jejak – jejakmu, tapi tak jua kutemukan titik terangnya. Yasudah, saatnya untuk menyerah. Mungkin ada alasan mengapa kita tak lagi dipertemukan, mungkin Tuhan memintaku belajar mengendalikan rasa rindu, menelan karma, serta belajar dari apa yang kulakukan di masa lalu.
Maafkan aku.
Semoga maaf ini ada harganya. Semoga angin membawa maaf ini hingga keujung sana, tepat di benakmu.. yang entah sedang berada dimana.
Terimakasih untuk segalanya ya..

14 Okt 2012

Apa Yang Belum? Apa Yang Kurang? Dimana?

coba lihat, apa yg kurang dari hidupmu?

kawan yang setia, percaya, dan bersedia mendengar semua bualan tak pentingmu.
Ibu yang tak ternilai harganya, mencoba memahamimu yang selalu mempersulit beliau,
tangan kokoh seorang Bunda yang setia pada hidup, keluarga,
dedikasi tinggi pada pekerjaan, melakukan segalanya dengan hati dan cinta.

coba katakan, apa yang kurang dari hidupmu?

sebuah tempat yang kau sebut dengan rumah, siap memelukmu dari hawa dingin dunia,
memberimu kesejukan dari hawa panas pengalaman dan pelajaran,
rumah yang selalu menerimamu, sejahat apapun kau bersikap pada orang-orang didalamnya,
rumah yang tak lebih dari seonggok bangunan, namun kau percaya dia berusaha melindungimu,
dengan sisa-sisa kegagahannya.

coba ingat-ingat, dibagian mana, kau merasa hidupmu kekurangan?

umur dengan hari yang tak terhitung jari,
pelajaran hidup yang untuk kau ulang dengan perbaikan, perbaikan lagi.
waktu yang setara dengan tabungan emasmu,
atau recehan yang selalu ada yang coba kau kumpulkan untuk membawa diri dan Bundamu
menuju kewajiban ala rukun islam..
mainan hidup, mainan hati, yang penuh dengan lika liku seringkali membuatmu tak tidur,
seseorang yang ada disana, namun dia tak jua mendengarnya,
dan kau memilih untuk diam, dan setia menunggu dia pulang ke kampung halamannya.

coba difikir dengan dalam, apa yang kurang dari ini semua?

segelas air putih dengan tenang membawamu kealam mimpi,
bermimpi tentang kerinduan yang dalam akan rumah, dan Abah..
dan juga dia yang kau cinta, kau sebut mereka dalam doa-doamu,
yang hanya akan didengar oleh-Nya..

dimana kurangnya?

mencoba memaknai hidupmu, mencoba berkorban untuk seseorang,
dimana orang tersebut membuatmu luka dan menangis,
kau tetap berkorban untuknya.. kau belajar berdiri dari luka yang ditinggalkannya..
merasa tak perlu menangis, tangis yang kau punya hanya untuk kerinduan, tak sama.
tetap saja, kau menyayanginya dan melindunginya,
kebodohan yang menyenangkan untukmu ya?
kau belajar banyak dari itu.
belajar menghadapi hamparan pertanyaan tentang jodoh,
hamparan pikiran liar yang tak berujung dengan jelas..
dan kau tetap berenang dengan ceria.. senyum setelah bercerita..

jadi, apa yang kurang?
kau sudah cukup dengan merasa bersyukur atas semua hal padaNya.
dimana yang belum ada? segalanya perlahan terlihat oleh petunjukNya.
atas apa yang belum, atas apa yang masih dipertanyakan,
masihkah kau merasa kurang?

bersyukurlah!

7 Sep 2012

(Still) Brand New Place

i have so many new people here around.

rasanya masih tidak percaya, waktu berjalan sangat cepat. kaya baru kemaren aku naek travel, bawa banyak barang ke kota ini, dan memulai hal-hal baru disini.
well here I am now. melanjutkan jalan mimpi. semoga bisa segera mewujudkan mimpi-mimpi itu yah! aamiin :)

beberapa kawan bertanya, kok tidak homesick? how can? yah kujawab saja.. kalau jalannya dan ketetapanNya begini, maka harus dipersiapkan. harus siap. harus mau. harus bisa!  hapuuss semua alasan untuk tidak bisa \(´▽`)/ 
seorang karib berkata, kita harus memaksakan diri keluar dari jalur aman untuk tahu seberapa siap diri kita, untuk bisa belajar dari rasa sakit dan tekanan berbagai arah. dan itu benar. karena bagaimanapun, Allah tidak akan membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya kan? itu tanda lho, agar kita ga berleha-leha menikmati nikmatNya, tetep eling lan waspodo lah! :)

kemarin sempet terlibat perbincangan serius dengan seorang teman, kami menceritakan kondisi keluarga masing-masing karena kami sama-sama merantau untuk belajar. banyak hal yang aku dapatkan dari cerita temanku ini.. kondisi tiap keluarga berbeda begitu pula dengan kondisi batin masing-masing. so, pasti akan ada tekanan yang berbeda pula tiap individunya kan.. dari situ aku berkesimpulan, kenapa harus tidak siap? Allah sudah menunjukkan jalan sejauh ini.. tidak akan mudah kembali dan aku harus tanamkan dalam diri, aku tidak boleh gagal!
belajar tentang orang lain, kita akan tahu apa yang sesungguhnya kita perlu pelajari dari diri kita.

tetap, Mama masih motivasi tertinggiku untuk berada disini. berjalan dijalan ini. I do love her. semoga Allah selalu menuntunku.

27 Agu 2012

Dari Hidup

belajar adalah kata yang tepat agar tidak tercipta penyesalan..
saat kau gagal, apakah yang akan jadi pembelaanmu?
bukankah belajar...yang membuat lutut kembali berdiri, dan berjalan lagi?
pernah sekali, aku terluka dibagian dalam sini oleh pisau yang tak kasat mata, bernama pengkhianatan.
iya.. pengkhianatan atas perasaan. pantaslah kalau lukanya didalam, beruntung tidak dan atau bukan diluar..
maka aku menyimpulkan..
luka ini ada, agar tak melukai..
sakit ini diciptakan, agar didepan nanti tak lagi tersakiti.. atau bahkan menyakiti.
dari hidup ak belajar berjalan.. terbantu oleh orang2 sekeliling..
dari hidup aku belajar memperbaiki masa depan.. berusaha tidak mengulang kesalahan.
kehilangan adalah hal menyakitkan, tidak bisa dihindari.. tapi kita bisa belajar agar membentengi diri dari kehilangan hal-hal yang kita jaga selama ini...
bukan saatnya untuk berbohong,
hidup cuma sekali..egoislah. tapi seperlunya.
bukankah bohongpun ada titik jenuhnya?

4 Agu 2012

Perjalanan Baru

Ada yang terlupakan dari langkah-langkahnya kemarin. Dia belum berterimakasih pada semua yang memapahnya berjalan mengarungi umur dan mungkin, sisa umur ini. Tuhan cukup tahu dia telah menghabiskan air tangis dan serta merta bersujud mensyukuri apa yang diberikanNya selama ini untuk jadi anugerah dan harta. Dia Sang Maha tidak menuntut balas, hanya menurunkan firman agar segala yang berjalan dihadapan adalah jalan yang telah ditentukan olehNya. Menjalani sesuai dengan petunjuk. Penemuan harta karun bernama jati diri.
Beberapa hal hingga titik ini masih belum bisa diperbaikinya. Sedikit banyak, membuat dia yang rapuh jauh didalam belum dapat berjalan dengan tangan dan kaki ini sendirian. Belum mandiri. Belum cukup berani untuk menyelesaikan segala hal sendiri. Mantap melangkah, namun dengan bantuan. Mantap melangkah, namun dengan pertanyaan yang dijawab bukan oleh kata hatinya. Dia sungguh-sungguh butuh bantuan.
Semakin kesini, semakin dekat dengan perpisahan. Serasa dirinya yang terlalu sok kuat makin terjepit oleh waktu. Terjepit oleh batas yang tidak dapat dia pahami. Antara sebagian ketakutan, sebagian rindu. Tak sedetikpun dia tak pernah tahu kapan benar-benar berakhir.
Terkadang dia sendiri yang membuatnya rumit, karena mengulang masalah di waktu lalu, dan dibesar-besarkan. Apa yang seharusnya terlupakan, kembali menjadi topik utama di kepalanya yang kecil itu. Lebih banyak penyesalan mengakibatkan otaknya sedikit "sakit". Sakit tanpa sebab serta jalan penyelesaian abu-abu yang terpendam sendiri.
Semakin sering tiba-tiba hatinya menjadi sedih. Selalu saat menunggu matahari tenggelam, bersamaan dengan dirinya yang mencoba menenggelamkan diri pada ketakutan yang....entah bagaimana menjelaskan?
Sesaat menerka, mereka selalu mencoba menyimpulkan sesuatu dari tulisan-tulisannya yang tersebar di penjuru sudut kota. Banyak dari mereka mengetahui dan mencoba mengerti untaian ungkapannya namun tak pernah sepenuhnya mengerti apa yang dia inginkan. Lalu frustasi datang menghantui pikirannya, mungkinkah aku perlu terbuka pada dunia? Mungkinkah aku perlu melakukan suatu perubahan di kehidupan nyataku? agar mereka tidak terus menerus menerka apa yang kumaksud.. Terus dan terus dipikirkannya.
Sedikit merasa sering bersalah pada kepalanya, dia mencoba untuk berlalu. Namun tak lama, dia kembali lagi. Duduk termenung bersama seorang tua bertongkat, yang disebutnya dengan Sang Kebijaksanaan Tua. Bertopang dagu saling terdiam satu sama lain. Berdua membiarkan waktu yang berbicara.
Sang Bijak menyetujui dan berkata, "biar waktu yang bicara.. kodratmu memantaskan diri saat menunggu.."

13 Jul 2012

Tentang Kawanku, Tata.

Aku menjumpainya di suatu siang yang panas, diantara ratusan yang lain. Dia melihatku, tahu bahwa ini diriku, tapi aku tak mengenalnya. Kami berjumpa dan saling mengenal di satu siang yang tak penting, mungkin pula sudah dilupakannya.
Tata, itu namanya. Nama yang awam, dan sedangkal aku mengenalnya. Beruntung saja bukan Toto, Joko, Agus atau nama laki-laki lainnya. Karena dari apresiasi pertama, Tata tampak begitu tomboy dan aku seperti berkaca akan beberapa bagian diriku pada Tata. Seperti aku, seperti ini kiranya sekarang.
Tata, seperti yang belum aku ketahui pada dirinya sebelumnya, memiliki banyak kisah dan perjalanan yang berliku. Tidak Normal.
Tampak luar senormal mungkin, namun hidupnya, dan jalan yang dipilihnya adalah hal yang tidak akan kupilih dari segala hal yang diajarkan kepadaku sejak aku merangkak.
Mungkin karena aku mengenal dirinya saat usia ini mulai dituntut untuk bersikap dewasa, sehingga perspektif mulai meluncur kesana dan kemari. Menggunung pertanyaan dibenak ini, yang nanti terjawab dengan sendiri seiring aku mengenal Tata, kawanku itu.
Ceritanya bukan cerita yang didengar oleh banyak orang, namun seketika diketahui berbagai lapisan dan jenis orang. Meski tidak sempurna, tapi aku banyak belajar dari sikap dia melaluinya.

Caranya bertahan..
Caranya mengeluarkan argumen saat bimbang..
Bertahan saat tidak ada yang berpihak padanya..
Perilakunya yang penuh sontak dan kejutan..


Meski tidak ada yang bisa dijadikan teladan -menurut hematku-, tapi aku mengagumi ketegarannya. Kekaguman ini tidak datang dengan sendirinya, Perlahan, dan ketika aku tahu bahwa hidup Tata tidak sesempurna saat umur kami masih berkesempatan untuk memperbaiki apa yang ada dulu, tapi dia berjuang untuk menjadi dia yang dulu. Tata yang hidup saat semua baik-baik saja. Perlahan, aku tahu bagaimana cara bersyukur dan menghargai nikmat dari segala lika-liku hidup. Menikmati jalan yang dipilihNya, jalan yang aku pilih, beserta hambatan yang terlalui. Dia yang menjadi satu dari beberapa acuan besarku bersyukur saat sakit, bersedekah saat merasa sangat tak mampu, mengucap hamdalah saat terundung duka dan bersujud memohon ampun atas salah, juga masalah hidup.
Uraian ini tidak untuk menjelaskan tentang lika-liku hidup Tata.
Uraian ini hanya ingin menggambarkan alasan kenapa aku merindukan sosoknya. Sudah beberapa tahun ini kami tidak berjumpa. Bahkan saat aku berkunjung ke tanah kelahirannya yang selalu dia banggakan saat dulu kami bercanda, kita tak sempat bertemu disana. Sayangnya.
Senang mengetahui bahwa dia baik-baik saja disana, bersama keluarga kecil yang dia bangun dari sisa kekuatan hati. Senang pula dia belajar dan terus belajar untuk mempertebal iman dan ihsan disana, dari sini aku hanya mampu mendoakan yang terbaik untuknya. Amien.

5 Mei 2012

Saatnya Membuang Kenangan, Namun Membiarkannya Tersisa

masih tergambar jelas moment dimana kau dan aku pertama kali saling mengenal..
masih teringat jelas, kita belum saling bertegur sapa..
masih saja, ada ulangan kejadian,
segala hal tentangmu dikepalaku..

kini lewat berpuluh bulan,
dan segalanya nampak jelas di satu sisi..
sementara dia semakin rapuh disisi lain..
saat dimana aku makin sadar,
kita tak akan semampu itu untuk saling menguatkan..

berkali aku teriakkan pada hatiku sendiri,
perasaan ini salah!!
dia memang.. mengakuinya, tapi tak mampu menanggalkan rasa itu setelahnya..
kembali lagi dan tertegun lagi.

menahun sudah aku mencoba mengalah dari anggapan orang,
bahwa aku bodoh dan salah karena bertahan..
dan engkau makin tidak peduli,
kita makin jauh.
tepat saat awan gelap datang, aku menyerapahinya,
"jika Kau turunkan hujan, maka perjuangan ini tak layak kulanjutkan"
tapi hujan tak turun..
dia turun sebentar hanya untuk memperingatkanku,
kau..yang dungu..
kau sedang mencaci Tuhanmu!
lalu aku tertegun dengan senyum simpul,
maka pertahananku masih dilanjutkan.

sekuat tenaga aku berusaha tak menyampaikan,
hingga engkau membelokkan,
mengira ini bukan untukmu..
aku menangis dalam diam.

aku yang tak pernah berharap kau berubah untukku,
menangis dalam diam karna kau sakiti, tanpa kau sadari..

tersenyumlah dan kembali lagi ketika kepura-puraanmu usai,
dan kita bisa bersama lagi melihat sunrise,
yang terbiasa kau suguhkan padaku dulu,
diujung tembok cederaku..


selamat ultah, chevalier :)

 

30 Apr 2012

Saya Terkena Wabah Itu Deh Akhirnya..

Lama sekali tidak menulis disini, hehe. Sekedar info, beberapa minggu dalam 2 bulan ini saya sedang sibuk mengurus masa depan (eciye, masa depaan). Jadi yaa maaf kalau nggak setia dengan blog lagi untuk beberapa waktu ini. Sebisa mungkin terus mencari tema untuk menulis di blog kok tapinya.
Nah, tema yang mau kutulis sekarang ini udah sedikit kadaluwarsa sepertinya. Tapi karena baru mengalami, jadi gak apa kan untuk dibagi? Hehe.
Beberapa waktu lalu, hampir berbarengan dengan isu kenaikan BBM, muncul wabah hewan yang sebenarnya awam, namun karena kondisi cuaca dan iklim Indonesia yang tidak menentu, membuat hewan ini bertambah banyak dan menyebar drastis. Ya itulah dia, si Tomcat.
Sekilas dari yang sempat kubaca mengenai serangga ini, Tomcat atau Kumbang Rove ini memiliki nama lain atau nama spesies Paederus fuscipes, dia ini termasuk dalam Famili Staphylinidae, Ordo Coleoptera (murniii baca dari web.. maklum biologi saya dapat jelek hehe).
Si Tomcat mempunyai panjang tubuh kisaran 10 mm dengan lebar kisaran 2mm. Ciri yang mencolok dari serangga Tomcat itu adalah warna hitam dan merah. Nah, selain itu yang mencolok adalah sayap depan (elitra) yang pendek, hanya menutupi sebagian abdomen. Orang-orang dibeberapa tempat memanggilnya dengan kumbang AC-Milan, Semut Loreng, dan saya jujur baru tau kali ini kalau hewan itu namanya Tomcat, hehehe. 
Serangga dewasa Tomcat dapat terbang dengan baik dan pada saat tidak terbang sayap belakang terlipat di bawah sayap depan. Tapi kalau dilihat dengan mata telanjang, si Tomcat akan terlihat seperti tidak memiliki sayap karena sayapnya keciil..
Oke, cerita bermula saat beberapa minggu silam tiba-tiba Edo, adik kandung saya satu-satunya menderita gatal-gatal diatas kulit perutnya. Pertamanya sih Mama mengira itu karena tempat tidur Edo sudah waktunya dijemur. Selang beberapa hari setelah kejadian itu, saya menemukan serangga yang orang-orang sebut Tomcat ini, di spon mandi saya. Antara kaget dan ter-Oh-Oh, saya masukkan serangga itu di plastik. Saat itu saya belum yakin benar kalau itu Tomcat. Iseng saya foto, dan bagikan di grup WhatsApp, dan benarlah itu yang namanya Tomcat.
Si Serangga Tomcat pertama itu hanya bertahan beberapa hari didalam plastik, kemudian saat dia lemah dan sudah malas bergerak (mungkin karena belum makan dan lagi ga ada temennya didalam kurungan) akhirnya Mama membawa ke kantor untuk ditunjukkan ke teman-teman beliau.
Selang berapa lama kejadian Tomcat itu, hingga saya sudah lupa kalau pernah melihatnya, tadi pagi saat Edo mau mandi, dia menemukan kawan-kawan Tomcat disana. Tapi kali ini lebih dari seekor, ada dua ekor sedang berjalan-jalan di dinding kamar mandi.
Saya coba ambil fotonya dengan sejelas mungkin nih. Kalau jelek mohon dimaklumi yah, maklum belum punya kamera dengan lensa fokus yang baik. He he.
Tomcat di Malang
Tomcat dari camera saya
Kalo boleh jujur, saat wabah tomcat itu beredar, saya langsung berusaha menenangkan kepanikan kawan-kawan saya terutama yang di Malang. Kenapa? Dari yang saya baca, serangga ini lebih banyak hidup di daerah pesisir atau dekat dengan pantai. Terbukti dengan wabahnya yang beredar pertama di Surabaya lho.... Waah sungguh diluar dugaan kalau perkiraan saya selama ini adalah salah. Si Tomcat mampir juga ke Malang ternyata. He he he
Web-web pertanian yang daerahnya terkena wabah serangga ini berulangkali menjelaskan bahwa serangga ini tidak berbahaya, ASAL penanganannya tepat. Jadi ketika kita menemukannya, sebisa mungkin jangan membuat dia terancam bahaya. Setidaknya secara langsung gitu. Asal tau saja, serangga Tomcat ini bahkan memiliki simbiosis menguntungkan lho bagi petani. Meskipun kita menyebutnya wabah, hama atau apalah, tapi ternyata dia bertugas memangsa hewan-hewan hama padi yang kecil lho, yang petani terkadang kesulitan untuk membasmi.
Kalau kamu yang sedang baca, menemukan serangga Tomcat ini didekatmu, jangan dipegang! Kontak dengan kulit yang terlalu lama, apalagi kamu berniat mau menangkapnya seperti apa yang saya lakukan ini mending tidak dipegang langsung. Karena menurut apa yang saya baca, Tomcat baru akan mengeluarkan racunnya yang menyebabkan gatal-gatal sampai berlendir itu kalau dia sedang dalam keadaan terancam. Kalau kamu sudah terlanjur berkontak kulit dengan serangga ini, segera kamu obati dengan salep semacam Inerson, atau salep pencegah radang lain yang banyak di apotek-apotek. Kulitmu yang terkena racunnya, atau gatal-gatal jangan digaruk untuk mencegah penyebarannya ke bagian tubuh lain.
Sekian posting tentang Tomcat kali ini, terimakasih sudah mampir di blogku :)

21 Mar 2012

Postingan Tanpa Judul

Aku bermimpi akan adanya hari indah, dimana kita telah saling memilih..
Dan jalanan basah ini menunjuk pada arah dimana kita selanjutnya melangkah,

source

Lintang menghadang penghambat langkahmu,
Tebaslah dengan tetap melihat kedepan.
Kumohon, jangan sekalipun memalingkan wajah rupawan itu dariku.

Harapanku adalah dapat mencintaimu dengan sempurna,
Dengan segala ketidaksempurnaan yang aku miliki sekarang.
Bukan sederhana, tapi sempurna dimata kita berdua.
Bukan sekedar cinta.

20 Mar 2012

Hanya Sebuah Sajak Pengurang Sesak

Akhirnya sempat juga hati ini merasa benar-benar sangat sesak. penuh pertanyaan yang nista untuk ditanyakan..
Pagi hingga penghujung pagi kembali, benak ini selalu penuh pertanyaan. Hati bertanya, kepala memikirkan bentuk kalimat pertanyaannya, nah bagian lain yang bingung harus bersikap bagaimana.
Mencoba agar semua tampak biasa, namun ini sepertinya tak akan bisa menjadi biasa. Hanya berharap semoga hari berganti dan ketika bangun di pagi hari segalanya bisa terlupa. Meski akan kembali lagi berpikir dan sesak berdesakan seperti ini. Hehe,

Oh ya, halo kamu.
Ksatria Perjalanan-ku, cahaya yang selalu kucari didalam mimpi-mimpiku yang berwarna abu-abu.
Aku berharap engkau dapat merubah warnanya menjadi biru.
Rasanya seperti sangat lama aku tak pergi menyapamu, walaupun baru saja kemarin kita bertemu.

Halo kamu, adakah kau merindukanku?
Adakah aku dikepalamu? Sepertinya waktu yang membuat kita tak mampu bertemu.
Atau memang Dia sengaja tidak mempertemukan kita saat ini, jujur aku tak berani bertanya.
Aku tak berani memilihmu untuk menjadi yang terdalam, Ksatria.
Kau tahu, letakmu terlalu tinggi dan aral melintang untukku kembali menyapamu lagi.

source
Diantara perjalanan dan kisah-kisah rantaumu, tak ada satupun yang tidak kukagumi.
Mentari terbit hanya untukmu, saat ia tenggelam, ia tunduk dan bersujud pada Pencipta
dan dia bercerita,
Disalah satu lengkung bumi ada seorang bijak berhati bersih menemani perjalananku sehari penuh,
Kusapa ia saat sinarku mulai menyinari tubuh-tubuh yang baru terbangun,
Salam hangatku padanya, sampai jumpa, ketika rembulan menggantikanku bertahta.

Perjalanan itu, seluruh kisah perantauan itu,
Adakah tujuanmu mencari patahan tulang yang sempat hilang?
Sungguh malu, sungguh aku tak memiliki daya,
Walau hanya untuk mengggumamkan pertanyaan-pertanyaan ini.
Kodratku tak disana, bukan untuk disana saat ini.
Semoga ada engkau menanti diujung perjalananmu.

Setidaknya, diantara rasa kekaguman yang memuncak ini,
Ada rasa syukur padaNya telah memberi hati ini kesempatan,
Untuk belajar mengenai cinta, dan mencintai.
Dilukai, namun bukan untuk kembali melukai.
Semoga ini yang terakhir dan takkan ada yang terbuang dariku hanya sia-sia.

16 Mar 2012

Sudah Aku Niatkan Untukmu

Selama ini aku berusaha untuk tetap bertahan,
tidak bertanya, dan menahan pertanyaan itu tetap berendam dikepala.
Entah jawabannya tidak ada,atau memang tanpa dijawab seharusnya aku sudah mengetahui..
Bahwa dia berharap akan sesuatu yang menjadi impiannya.

Mohon maaf apabila terkadang aku tak mampu berada setara,
bukan tak ingin, atau merasa tak mampu.
Hati ini hanya memilih jalan yang bukan dijalanmu, tapi aku tak ingin melepasmu pergi,
taukah kalau pilihanku tentangmu itu sebenarnya sangat menyakitiku?

Setiap untaianku memiliki arti,
entah bagimu, untuknya, ataupun untuk mengolok diriku sendiri..
Setiap kata-katanya pasti ada dan hidup untuk memberiku makna.
Agar suatu waktu ketika aku membacanya lagi, aku mampu mengingat letak dan keberadaanmu,
apa yang aku rasa, dimasa saat aku menciptakannya.

Berharap aku tak menunjukkannya langsung,
agar kamu dan dirinya mengetahui bahwa untaian ini untuk kalian.
Memilih untuk tetap terselubung,diantara semua hal yang sudah terpaksa aku buka.
Berharap untuk tetap tertutup, dan memilih untuk tidak tertunjukkan, sebenarnya tidak perlu, bagi dunia.
Namun meski perlunya sebesar nyawa, bagiku.

Seringkali aku memohon maaf pada Tuhan, karena mendoakanmu.
Memaksa untuk hal yang (kurasa) sepertinya sedang tidak menjadi jalanmu..
Aku terkadang menangis untukmu, memohon agar Tuhan Yang Maha segala menyampaikan rasa ibaku, rasa sayang yang terlampau berlebihan ini,
dan rasa cinta yang sebetulnya belum perlu untuk kutunjukkan sekarang,
agar kau selalu berada pada jalan itu.
Salahkah apabila ada nama-namamu disetiap doa?

Pilihan yang tepat adalah meninggalkanmu sejenak,
merasa penting untuk tidak melulu mengetahui keberadaan dan kondisimu..
Ataupun mencoba merindukan dirimu, dan dia, kalian yang aku sayangi diluar batas takdir umur ini.
Bismillah, harapanku hanyalah masaku dimasa itu segera datang,
merasakan tak lagi berada pada atmosfer nafas kalian.
Bismillah, aku sudah niatkan.

27 Feb 2012

Sang Ksatria Perjalanan

Segala yang kau miliki, semua yang ada disekitarmu begitu indah..
Mereka tak kan berhenti memujimu,
Diam-diam mengagumi sikap dan sifatmu yang sungguh menjadi satu diantara seribu..
Memberikan pilihan yang tak pernah menyakitkan..
Surga, serta segala hal yang menjadi isinya..

Aku hanyalah hembusan pelan angin yang lewat,
Mencoba menyentuh wajah itu, namun norma melarangku..
Mencoba kembali kearah dimana kau sedang termenung merenungkan satu sajak hidup,
Tapi pusaran indukku menarik badan ini menjauh..
Sungguh seluruh kenyataan hidup memintaku untuk mundur,
Agar tak lagi melihat sang surya terbit untuk memberi hormatnya pada kharismamu yang sungguh luar biasa, duhai Ksatria Perjalanan..

Maaf atas semua ini,
Segala hal ini..sungguh ingin kuperjelas..
Namun dayaku tak ada..
Kekuatanku tak lagi perkasa,
hanya untuk menjelaskan dan membuat kau, sang Ksatria Perjalanan, mengerti apa yang coba kuutarakan dari isi hatiku..

Luka, terlalu banyak luka..
Tersayat, dan sakit..telah seringkali kupasrah.. Dia sembuh dengan sendirinya..
Seandainya kau melihat betapa kekuatan itu mampu memutarbalikkan dunia,
merobek dinding karma yang selama ini menjadi sumber ketakutanku yang luar biasa..
Sehingga setiap harinya aku masih berani untuk sekedar menyapa dan mengagumi dirimu..

Kisah ini, hanya akan tertulis diatas perkamen hati hembusan angin,
Satu hal yang tak akan memiliki arti bagi Sang Ksatria Perjalanan..
Sebuah hal yang tak mungkin akan tersebut dari genggaman pena sang Ksatria,
untuk mengukir kisah perjalanannya..

Hingga senja berganti berulang kali,
hembusan angin hanyalah sekedar hembusan yang tak berarti..
Belum mampu menyampaikan,
belum tertakdirkan untuk mampu mengutarakan,
juga belum diciptakan..
Untuk mengungkapkan rasa kagum terdalamnya pada Sang Ksatria Perjalanan..
Sang Pemilik Senyum Tercerah Sepanjang Masa, baginya..

posted from Bloggeroid

Sebuah Sajak Sederhana Dari Hati

Setiap dia datang dan saya diam,
maka kami membuat dunia menanyakan berbagai pertanyaan..
Ketika waktu berlalu..pergi,
kami masih tak mampu memahami satu sama lain..

Terkadang aku harus berdiri sendiri,
dari perasaan yang tidak dapat aku mengerti..
Memaksakan paham, selebihnya bimbang.

Antara takut kecewa, terbawa trauma,
dan juga dorongan kuat untuk tetap bertahan dan menunggu..
Selebihnya pilihan2 kecil tak berarti..

Kira-kira, apa dia tau ya, apa yang membuatku bertahan?
Apa dia merasa ya, kalau selama ini kebaikannya selalu memberikan aku kekuatan?
Kekuatan yang melahirkan harapan,
Dan membuat dia selalu berharga di mataku..
Pelan-pelan, dia adalah segalanya.
perlahan, dia arti seluruh hidup saya..

Tuhan.. apa yang harus kulakukan?
Pertanyaan yang selalu ada di alam nyata dan bawah sadar..
Memaksakan untuk dijawab,
tapi belum juga kutemukan jalan untuk menjawabnya..
:-(

17 Feb 2012

Bagiku Cinta

Selayaknya guguran daun yang menanti kesetiaan angin untuk meniupnya,
sang penghantar yang akan selalu ada..
Sesimpel itulah cinta.
Semudah warna pagi berganti senja, rona malu-malu kemerahan yang manis,
berterimakasih pada sinar pagi surya yang menggantikan tempatnya selama sehari penuh..
Semudah itulah cinta.
Satu helaan nafas untuk menahan amarah, diujung kelelahan selepas kau bekerja.
Senyum itu masih terbagikan..
sesejuk itulah cinta meredakan hausmu.


Tapi,
memaksakan senyum kebohongan saat kau tak dapat menerima,
namun kau berkata "iya tidak apa.."
itulah letak pengorbanan cinta yang menyakitkan.
Berkata "aku baik saja..",
juga tidak pernah mengagumi sifat dan sikap dia yang selalu berlawanan dengan kebiasaan,
namun aku selalu tertawa mendengar candaannya.
Disini cinta membuat otak terbalik bagi semuanya..
Menggumam, tersenyum sendirian tanpa ada yang ingin berbagi,
bahkan selalu bertanya apa yang dilakukannya disana tanpa pernah mendapatkan jawaban,
karena bukan siapapun aku ini baginya.
Disitulah bodohnya cinta.
Pretending itu bukan apapun, tidak berarti apapun,
bahkan bukan merupakan sebuah hal yang penting bagiku,
disini aku sudah mulai bermain api dengan perasaanku sendiri.

Diakhir hari aku sadar bahwa ternyata cinta bagiku adalah menunggu.
Menunggu waktu..saat yang tepat. sekaligus melupakan dan menyembuhkan.

YEESSS, time will heal.
Let it be,
:)

13 Feb 2012

Mencoba Sabar Itu Tidak Mudah

Banyak hal didunia berjalan dan berubah tanpa terasa. Wajah yang menua, perasaan yang rapuh, dan juga waktu yang tak pernah kembali. Segala kejadian bukan kita yang mengatur, sehingga kita hanya dapat mengembangkan imaji dan keinginan kita pada tahap merancang, tanpa bisa memutarbalik timeline.
Saya seorang cewe dengan sifat yang majemuk, namun kebanyakan menjemukan. Butuh kesabaran untuk memahami pikiran saya, sifat saya, dan kelakuan yang kadang tak dapat dipahami.
Namun sebagai manusia, wajarlah apabila ingin dipahami. Wong sama-sama hidup lo.. Begitulah pola pikir standartnya.
Banyak pendapat mengenai diri saya, salah satu yang paling sering adalah sifat saya yang moody. Terkadang dapat begitu sedih, terkadang begitu senang. Sifat ini juga memuakkan bagi sebagian orang yang memiliki sifat kaya saya..sama-sama keras kepala dan kurang bisa menerima kritik.
It's just about the time.
Benar saja adanya, beberapa waktu lalu saya sempat bertemu dengan seorang yang memiliki anugerah mind-reader pada dirinya. Saya sempat tak percaya pada penjelasannya mengenai diri saya. Tapi lama kelamaan saya dapat menerima pendapat orang tersebut, dengan anggapan realistis yang positif..yakni ingin merubah diri dan sifat menjadi lebih baik.
Orang tersebut berkata saya kurang sabar jika sedang dikendalikan emosi. Saya lalu berpikir, seringkali saya seperti itu, dan ujung-ujungnya pasti menyesali diri. Yap, beliau berkata tidak mudah. Hal yang perlu dilakukan hanya diam, dan menahan keinginan saya untuk komentar. Jika masih sulit dilakukan, saya diminta berandai-andai apabila saya berada diseberang bagian yang sedang saya lawan..insyaAllah akan menemukan sabar dan keikhlasan disana.
Termasuk seringkali saya berpikir mengenai kesalahan yang bukan merupakan sebuah kesalahan sebenarnya, namun saya tetap merasa serba salah hingga dibuat pusing oleh hal yang tidak dipikir terlalu dalam..salah satu kekurangan saya yang belum saama sekali saya sadari.
Sekarang saya sedang belajar mencoba merubah kebiasaan setir-oleh-emosi ini. Semoga dapat segera teratasi. May God be with me :)

posted from Bloggeroid

7 Feb 2012

Dialah Tauladan

Dear adikku,
Tak terasa sudah jauh langkah yang kau tempuh. Sekian lamanya sampai aku tak menyadari begitu cepat kau tumbuh. Merasakan indahnya hidup dari matamu, tak ubahnya melihat caramu melawan dunia..

Hai Dik,
Masih ingatkah lagu pertama kita? Cerita anak manusia dengan hentakan kakinya.. Mengepalkan debu tinggi-tinggi di udara.. Dan sempat kulihat kau begitu bahagia, tertawa atas cerita..
Setidaknya aku jadi tahu, seperti apa kau akan menjadi seseorang kelak. Benak ini sudah penuh kekaguman, dan juga harapan yang sarat akan doa, semoga kau nanti sebahagia itu.
Masih sangat jelas tergambarkan kenangan-kenangan itu Dik, saat kicau burung dan ramainya gemerisik angin padang mengantar kita menuju petualangan panjang. Perjalanan menuju tempat impian. Langkahmu yang lebar sungguh tak sepadan dengan telapak kaki kecil ini, aku tertinggal jauh.. Hingga saat sampai kau kebingungan mencariku yang jauh tertinggal dibelakang. Lucunya wajahmu saat itu, merah, biru, hijau, gelap, kawatir, malah kusambut sendiri kehadiranku disana dengan terkekeh.

Kita tumbuh dengan cara kita masing-masing pada akhirnya. Kau dijalanmu, aku? Bingung memilih kini, terlalu bersimpang jalan ini. Aku bingung, dan tiba-tiba tergingat tentangmu. Seorang berjiwa muda yang tak kenal kata menyerah. Entah, ternyata mencoba menjadi posisimu perlu waktu lama ya? Seseorang sepertimu sudah mulai memahami hidupmu sendiri bahkan sejak kau belum mengenali tempatmu bergerak, lingkungan dan segala hal yang menekan langkah. Aku malah berpikir kebalikan Dik. Kita berbeda jalan karena berbeda cara. Setidaknya inilah akar dari penyesalanku kini.

Kau seorang adikku yang sangat baik. Kau mengagumiku dulu, meniru segala gerakanku.
Sekarang saatnya aku belajar dari caramu berdiri setelah jatuh, Dik. Belajar bagaimana memahami diri sendiri sebelum nantinya aku akan berkeras melawan arah, mencoba menekan arus seperti yang kamu lakukan. Seperti yang telah biasa kamu lakukan setiap saat. Bukankan kita bisa karena terbiasa? Seharusnya aku memahaminya saat kau belum bisa mengerti. Tapi ternyata kau lebih bisa tertawa diatasnya, lama setelah aku terpuruk semakin dalam dari jurang kesalahanku sendiri.

Alas kaki itu, yang selalu kita gunakan bergantian pergi ke masjid, kau Maghrib dan aku Isya. Aku maghrib dan kau tertidur saat adzan Isya. Kejadian yang menurut statistika tidak perlu mengalami perulangan, tetapi kau melakukannya terus menerus. Hingga akhirnya datang alas kaki lain untuk membuatmu bertahan dari rasa kantuk setelah mengaji. Alas kaki yang sama juga menjadi alasan logis kau tidak dapat tertidur saat waktu berjamaah tiba.  
Aku mengenangnya sebagai kemenanganku atasmu Dik, keunggulanku dari sosokmu. Tapi tidak untuk hal lain. Tidak dalam hal apapun. Hebatnya aku bahagia, satu banding sejuta kelebihanmu. Mungkin karena terlalu terpatri, bahwa hal yang kau lakukan adalah mencontohku. Meskipun tiada sudut pandang yang melegalkan pemikiran semacam itu. Aku bahagia, cukup bahagia menjadi satu bagian hidupmu. Bahagia menjadi kepingandari berjuta keping yang kau kumpulkan saat kau dalam masa tumbuh dan berkembang.

Lama sudah kita tak berjumpa. Secarik kertas yang kupegang ini, surat terakhir darimu. Perjumpaan terakhir yang sangat lama berselang membuatku sempat tidak percaya, inikah tulisan tanganmu kini?
Tapi aku terlama setelahnya, baru sadar diakhir bait kalau ini memang bukan tulisanmu Dik.  Memang bukan. Seseorang telah menuliskannya untukmu dikertas ini.
Lagi-lagi aku merasa bodoh, tidak sehebat kamu yang mengenal kehidupan diluar sana dengan sangat baik. Mengenal surat elektronik yang mereka sebut e-mail, barang elektronik yang jauh lebih bergambar daripada televisi usang Abah yang hanya punya satu saluran televisi, Televisi Republik Indonesia. Merasa sangat bodoh, dan sekaligus merepotkan dirimu Dik. Sempat berpikir dan bersalah sudah membuatmu kerepotan.

Dik, kakak kangen.
Jonggring Saloka
Adikku, meski kita tidak keluar dari rahim yang sama, aku masih merasa kau lebih dari banyak orang lain yang kini menjadi adik-adikku. Kita pernah punya cerita yang bagus kalau dijadikan sebuah buku cerita Dik. Kita pernah punya mimpi yang sama,. Meski hanya kau yang mampu meraihnya, aku tetap bangga karena aku pernah punya mimpi seperti yang kau punya dikepalamu. Isi kepala kita sempat sama, dan aku sangat bangga memiliki momen-momen itu Dik. Kau dan kehadiranmu sangat mewarnai hidup. Kau harus tau itu dan seharusnya tau. Sayangnya aku belum sempat menyampaikannya.

Kertas itu, kertas yang kuhempaskan, bersamaan menghujam ingatan dengan kabar kecelakan yang kau alami disana. Kecelakaan yang membuatmu gegar otak sebelum akhirnya kau pergi selamanya. Aku kurang tau persis, dan meskipun aku sangat ingin tau namun aku tak lagi dapat menanyakannya langsung padamu Dik.

Seketika kertas itu kuremas habis, dalam diam aku menangis.

Kenapa Dia mengambilmu Dik?
Apa tidak boleh aku bertemu adikku dan berbagi cerita lagi seperti dulu?
Mengapa harus dengan cara ini adikku pergi?
Apakah kesalahanku dimasa lalu hingga aku tak memiliki kesempatan untuk berjumpa dengannya?

Seseorang yang menjadi inspirasiku hidup. Seseorang yang berkata, akulah inspirasinya berjuang.
Berjuta pertanyaan mendesak keluar dari otak, tapi aku hanya dapat meluapkannya dengan tangisan. Aku tahu, pilunya hati ini tidak akan pernah terbalas dan terobati hingga sembuh.

Tuhan, adikku belum sempat memberiku apapun dari sana. Akupun tak pernah tau apa yang dilakukannya dikota. Satu-satunya hal yang kutahu hanyalah secarik kertas tertulis tangan ulang oleh seorang kawannya dari kota, yang memberiku informasi bahwa ini adalah salah satu e-mail yang rencananya akan adikku kirim padaku, berharap suatu saat aku memiliki sebuah e-mail  dan kami bisa saling berbalas, begitu kata pengantarnya.
Tuhan, maaf jika aku meneteskan air mata lagi. Aku sangat merindukan adikku. Sekian lama kami tak berjumpa, tentu saja banyak hal berubah dari dia.
Lihatlah Tuhan, dia tak lagi nakal seperti dulu. Dia telah menjadi seseorang, seperti yang aku dan adikku pernah angan-angankan. Apakah Engkau marah padaku? Adakah aku melakukan kesalahan dimasa laluku Tuhan?
Kubaca isi kertas itu sekali lagi. Meskipun semakin kubaca, lukaku semakin sakit, aku tak peduli. Semua ini kulakukan agar aku dapat menghapus penyesalanku, penyesalan yang menusuk karena aku tak pernah ingin mengunjunginya ke kota saat Adik masih ada dulu.
Kusadari aku hanya melakukan hal yang sia-sia. Apa yang kutangisi hanya hal-hal yang telah lalu. Kemudian aku mulai merasa bodoh lagi. Jikalau adik melihatku kini, dia tak akan pernah menyukainya.

Meskipun dengan menangis, akhirnya aku tersenyum menatap pusaranya yang telah berdiam sekian lama disitu. Lama aku saling pandang dengan pusara itu, sambil membayangkan aku sedang bersama sosok adik. Mencoba memahami cara pikirnya, mencoba menjadi pribadi seperti dia. Sebenarnya tidak rumit karena kami tumbuh bersama. Sambil mengirimkan beberapa bait doa, aku bersyukur pada Tuhan atas kemenanganku yang telah berhasil mengikhlaskan kepergiannya.
Lihat apa yang adikku berikan untuk padepokan. Dia menjadikan tempat ini sebagai terminal ilmu, sumur penyejuk rohani bagi banyak orang yang datang. Kesuksesannya menjadi seorang pengusaha muda dikota membuat banyak orang penasaran asal-usulnya. Seketika padepokanpun ramai dengan orang-orang yang ingin menjadi seperti dia, menjadi seperti adikku yang kubanggakan.
Adik yang kucintai, dan akan selalu kurindukan.

Setelah ini aku akan meminta Abah mengabadikan nama almarhum Adikku menjadi seseorang uswatun hasanah (suri tauladan yang baik).


Selesai.

8 Jan 2012

Sapa Aku Saat Senja


Mungkin bagimu kenangan itu sudah berlalu,
Tidak bagi seseorang disini..
Mungkin hanya sebagian kecil dari lekukan waktu rumitmu,
Dalam langkah-langkah lebarmu menggapai tujuan apa itu yang ga aku pahami.
Tidak bagi memori dikepalaku..

Sebagian kecil hal itu, sejenak waktu itu,
Segala ceritamu, kisah hidupmu, kata rajukan hati ke hati yang kau utarakan,
Segalanya,
Menguntai dengan ramah pada satu lembaran berwarna biru langit yang cerah disini, dikepalaku.

Dan ingatkah ketika kau berkata hati ini adalah rumah bagimu, bagi siapapun yang meminta, segala kebaikanmu tak akan aku lupa, kuanggap segalanya adalah hal yang baik, sangat baik dimataku.
Dan aku terpesona, sebentar saja terlena, tak sadarkan diri saat senja itu mencoba untuk mengingatkan hatiku untuk tetap terjaga.
Tanpa menyadari bahwa segala yang kita lalui itu adalah caramu untuk mengucapkan kata, pergi. Tanpa mengetahui bahwa segala kenangan manis nan indah yang aku ukir, aku bordir dengan kawat emas abadi, adalah caramu untuk berpamitan dengan halusnya. Masih, dengan baiknya.
Aku terjatuh seketika saat sadar dirimu sudah tak lagi disana.
Aku terjatuh begitu keras, terpuruk hampir. Mencoba mengulang segala detik yang terlalui bersamamu, untuk mencari apa salahku?
Masih, di waktu yang sama. Aku terus menyalahkan diriku atas kepergianmu yang sangat tiba-tiba.

Hingga kemarin senja, aku masih, selalu, mengenangmu dengan caraku.
Masih, menyalahkan diri sendiri atas kepergianmu yang tak kusadari saat lalu.
Merindukanmu, mengingat, menggambarkan keberadaanmu dengan indah. Dengan segala kebaikan tanpa cela yang kau miliki, dan sungguh, kau masih memiliki pesona itu. Hingga membuat rindu ini terasa sangat bodoh dan menyakitkan.
Ya, bodoh dan menyakitkan.
Bodoh karena aku merasa aku memang tak pantas mengenalmu dilekuk waktu ini. Aku bukan orang baik, bukan sebaik dirimu yang selalu indah dimataku dengan segala kesahajaanmu.
Bodoh karena aku tak percaya diri, aku yang selalu merasa tidak, dan merasa kurang. Mungkin dimatamu aku seperti itu.
Sakit karena aku terlanjur menyimpanmu dihatiku yang dalam, terlalu dalam. Sakit karena apa yang aku tanam telah berakar kuat sehingga sulit untuk kucabut lagi.
Ya, sakitnya adalah ketika aku harus melupakanmu saat aku sangat merasa merindukanmu.
Bodoh dan sakit kan?

Kemarin, aku terus mencari cara untuk melupakanmu. Sekenanya menghapusmu karena kurasa terlalu tidak mungkin untuk menemukanmu diantara jemari manusia dikota itu, kotamu. Sebisa mungkin melupakanmu entah bagaimana caranya. Mencoba pergi jauh dari rasa bodoh dan sakit itu.
Tapi aku terus menangisimu tiap malam. Yasudah, bodoh ya bodoh saja.

Hingga akhirnya dimalam sakral itu, dimana hingga penghujung waktu berganti. Dimana seluruh manusia merayakan hadirnya tahun kabisat yang baru. Aku menengadah keatas. Dilangit kotamu aku berdoa. Ribuan jauhnya jarak aku tempuh untuk saat-saat ini.
Yap. Hanya ada aku, Tuhan, dan sepenggal bayangan yang kugambarkan dengan susah payah, saking lamanya perjumpaan terakhir kita.
Aku meminta pada-Nya, dengan segenap hati dan permohonanku, dilangit malam yang mendung itu. Aku meminta pada Dia, dengan hati yang sempat remuk namun telah kusapih satu per satu hingga perlahan utuh. Walaupun takkan sama seperti dulu. Aku berbicara pada-Nya, soal kamu, soal kita, dan segala hal yang telah terlalui bersama.
Atas ijin-Nya, aku memohon untuk menghapusmu dari hidupku. Atas ijin Dia, aku meminta untuk melupakanmu, melepas, ikhlas, dan memohon serta merta sebuah kelegaan setelahnya.
Dilangit hitam berhiaskan percikan api nan berwarna indah berjam-jam lamanya, aku meminta pada Tuhan untuk merelakanmu seutuhnya.
-masih- Bodoh dan sakit rasanya.

Senja setelahnya, hujan yang manis mengantarkan aku pada langkah mantapku. Langkah ini yang membawaku pada senja indah setelahnya, dan setelahnya lagi.
Senja juga yang mengantarkan aku pada tempat manis dimana kau pernah bercerita tentang hidup, tentang cintamu, tentang tujuanmu ke kota ini, segala cerita dengan baik dan kuatnya. Selalu membuatku terpesona. Senja mengantarkan aku pada terbitnya matahari itu, saat kau bercerita.
Senja mengantarku pada langit ini, pada tempat ini.
Such A Beautiful Place, Beautiful Air Still
Tuhan benar-benar memberiku kelegaan dan air mata untuk melepasmu. Tuhan benar-benar menganugerahkannya padaku hari itu, pagi yang indah itu. Dia ada untukku, untuk kenangan itu, dan juga untuk keberadaanmu yang entah dimana.
Perlahan aku sudah melepasmu, perlahan hati ini ikhlas. Mungkin saja aku berharap hal yang kosong, namun harapan akan selalu didengar oleh-Nya kan?
Semoga kau baik-baik saja, dimanapun kau sekarang berada.

Sincerely,
Me