7 Des 2014

Sekali Lagi, Ijinkan.

Sudah 7 desember, sudah hampir menjelang pergantian masehi lain dari masehi sebelumnya.

Aku memandang keluar lewat jendela berdebu, kupandangi disana, langit mendung abu-abu sehabis hujan.

Belum lama telinga ini berbincang renyah dengan beliau, yang sosoknya selalu menungguku pulang. Beliau, yang selalu menanyakan kapanku pulang lagi setelah kemarin berpelukan dengannya.
Beliau, yang sedang bersandar disofa favoritnya, beliau yang sedang berada dikotaku, menungguku, menunggu putrinya untuk pulang.

Sambil memandang langit berwana kelabu, aku berdoa, meminta.
Ijinkan aku sekali lagi memberikan senyuman kebanggaannya.
Ijinkan aku melihat beliau menangis bahagia, sekali lagi. Atas perjuangan beliau sendiri menemaniku hingga sejauh ini.

Allah, jagalah beliau agar tetap kuat, sampai nanti. Sehat dan bahagiakan selalu beliau yang sedang sendirian disana menunggu kami berdua.

Izinkan aku membanggakannya di awal tahun masehimu. Ijinkan senyum itu hadir lagi di kotak sepi yang bertiga kami huni.

Ijinkan kami berbahagia, berbangga, dan sukacita.

Sekali lagi, ijinkan hamba pulang.
Sekali lagi. Ijinkan Ya Allah.

28 Okt 2014

Sudah Saatnya

"....kapan aku bisa berkata seperti ini ya?
sudah saatnya kau berdiri setegak-tegaknya.
membiarkanmu memutuskan jalanmu adalah tujuan penting,
yang kupinta selalu pada Tuhan,
keikhlasan dengan pertaruhan nyawa,
keikhlasan dengan tawaran, tamparan kenangan-kenangan.."

taken from suatu paragrafku di sendunya Mei 2012. (klik disini untuk sumbernya)

7 Okt 2014

Buatmu, Semangatlah.

SEBELUM tidur, adakalanya aku punya banyak sekali pikiran untuk dituliskan disini.
Peduli amat sama apapun komentar orang-orang diluaran, diriku ya diriku. Emangnya mereka bisa apa selain komen? Hehe.....kidding.

Okelah.. Beberapa waktu belakangan isi kepala lumayan campur aduk. Kejadian-kejadian dibelakang mengulang terputar dikepala. Pertanyaan kawan membuat pikiran kembali terhenyak jauh kebelakang, agak sedikit jauh kebelakang, dan melihat yang kemaren barusan lewat.
Well, setiap orang kan pasti melakukan kesalahan? Jadi aku mulai bersikap "wajar" menghadapi kesalahan-kesalahan macam itu. Karena aku yakin, di suatu waktu dibelakang, aku pernah menyakiti seseorang.

itulah yang membuat sebuah keberadaan begitu penting.

Namun makin kesini, makin umur dan angka umurku bertambah, aku dapatkan satu hal yang penting yang perlu untuk menemani 'keberadaan'...yakni kepercayaan. 
Pernahkah kau meremehkan seseorang karena latar belakangnya? Aku pernah. Sering, malah. 
Track record seseorang ternyata sangat amat berpengaruh ya.. hmm. Makin berisi batang padi, makin menunduk. Makin tua seseorang, makin banyak akal dan pengalaman, bahkan trauma dikepalanya.

Ada beberapa hal yang ingin sekali aku utarakan ke beberapa orang yang ada disekitarku. Mungkin karena kondisi yang 'membatasi', tak ada sempat waktu untukku mengutarakannya langsung. Jadi biar kepalaku plong dan bisa mimpi indah malam ini, kutulis disini saja laah ^_^
Buat kamu, percayalah senja akan menghadirkan terbitnya matahari. Meski berat, meski lelah, meski tidak dihargai, bukankah dirimu sudah bekerja keras?
Itu nyata..diantaramu dan Tuhan. Itu nyata..diantaramu dan doa-doa Ibu yang selalu beliau panjatkan sambil menyebut namamu, putranya yang sedang berjuang :)

Buat kamu yang disana, kamu terlalu sibuk memilah-milah mana perkataan orang yang serius, mana yang tidak. Padahal diantara kesemuanya, suatu waktu nanti akan ada masa dimana hal-hal yang kamu acuhkan akan kamu butuhkan.
Dan aku, tetap tidak berhak apapun atasmu..karena semua yang keluar dari mulutku, dan ketikanku, semua yang kau baca dariku..hanyalah bualan. Tidak apa. Karena mungkin suatu waktu kemarin, aku mungkin menyakitimu. Maaf ya.
Dan aku, percaya suatu hari, tidak lama lagi, kau akan menemukan-nya ;)

Buat kamu yang sedang berjuang untuk menggapai tujuan dan resolusi, bersemangatlah! resolusi lain menanti. Kakukan itu semua, selesaikan, hajar semua, SEKALI LAGI, dengan caramu.
Demi mereka yang selalu menanyakan kepulanganmu. Demi mereka yang selalu tersenyum kecut saat kau utarakan alasan-alasan terhambatmu, soal materi dan duniawi.  
well dude, that's just.....there's nothing can stop you!

Cinta memang kadang membuat kita sakit yaa. Memori yang dulu terasa baik-baik saja, ketika semua berakhir, semuanya langsung terasa asam, pahit, bahkan tidak berwarna. Lalu aku bisanya cuma tertawa saja, agar hal-hal macam itu tidak menyebabkan sakit, tidak begitu hambar, dan tentu..tidak menimbulkan pertanyaan yang aneh-aneh.
Menurutku, hak setiap orang untuk mencintai, untuk dicinta, untuk diperhatikan, untuk memberi perhatian.. karena dari situ kebaikan lain akan muncul. Dan Alhamdulillah, kebaikan memang muncul setelahnya. Belakangan malah kupikir kalau ternyata ini cuma soal ketulusan, kesungguhan, dan (-ketika semuanya harus hilang atau terhapus-) keikhlasan.
;)

Hey kamu, bersemangatlah. Ketahuilah, aku disini selalu merindukanmu tersenyum dan bercanda. Masih ada esok, lusa, dan masa depan dalam kepala yang harus diperjuangkan.
Demi apa yang kamu percaya, demi apa yang aku percaya, demi apapun yang kita percaya. Genggam erat bawalah itu sampai tujuan.


AAAAAAaaaaayo berjuang bersama! ;)

15 Sep 2014

Jogja, You Are Too Kind! (5) | Edisi : USDEK, Suguhan pada Resepsi Pernikahan Jawa


Kembali lagi dengan postingan baru tentang Jogja. Duh, sedih saya karena lama banget yak jeda antara (4) dan (5)?  Tapi tidak apa. Akan ada hal-hal yang bisa diceritakan dan tidak di Jogja. So, here they are :D

Dua minggu yang lalu, tanggal 31 Agustus 2014, saya bersama kawan-kawan sejurusan bertandang ke Kabupaten Karanganyar untuk menghadiri acara pernikahan teman sekelas di kuliah. Sangat bersemangat sekali saya saat itu, Alhamdulillah banget ikut merasa senang ada kawan sekelas yang menikah. Tidak ada yang terpikir sebenarnya untuk menceritakan perjalanan kami. Tapi sesuatu yang belum pernah aku lihat, yakni kultur berbeda-lah yang ingin kutulis disini, budaya yang di kampung halaman, Malang, tidak kutemukan. Kultur dalam penyambutan tamu di upacara pernikahan ala Yogyakarta dan Jawa Tengah.
Waktu acara di undangan tertera pukul 09.30 pagi hingga pukul 13.00. Sebagian dari kami (utamanya yang berasal dari Jawa Timur) sih berpikir kalau resepsi macam begitu datang terlambat tidak masalah, berbeda pendapat dengan kawan yang berasal dari Jogja asli. Menurutnya, kami harus datang tepat waktu, berjaga-jaga kalau model penyambutan tamu undangannya ala “USDEK” kata dia.

Tertawalah aku. Model yang bagaimana sih USDEK? Hahahaha..penasaran.

Begitu sampai di lokasi, kami beruntung karena acara belum dimulai. Sehingga kami bisa mengikuti prosesi hingga selesai. Benar juga kawan yang berkata bahwa prosesi ini akan menggunakan adat USDEK, pukul 10.00 kami tiba, semua undangan nampaknya sudah datang. Kursi-kursi yang diletakkan didepan halaman sudah penuh. Nah lho, beginikah?

Tempat duduk sudah hampir penuh, hingga kami akhirnya kebagian tempat duduk ditenda/terop yang dipasang halaman tetangga dari pengantin. Kami tetap bisa menikmati rangkaian acara karena dekat tempat kami duduk dipasang televisi yang menyiarkan secara langsung prosesi didalam rumah.

USDEK adalah singkatan dari rangkaian makanan suguhan dalam prosesi pernikahan ala Jawa.

Eh tapi, sepertinya kok yang dimaksud Jawa disini adalah daerah Jawa Tengah dan Yogya yang masih memegang teguh tradisi kental ajaran keratonnya ya. Karena dirumah dan dimanapun di Jawa Timur (sepengetahuanku) kami tidak pernah melaksanakan prosesi macam ini.

Huruf “U” dari USDEK berarti Unjukan. Unjukan adalah bahasa jawa untuk “Minuman”. Begitu kami tiba di tempat duduk, dihadapan kami telah disediakan Unjukan berupa teh manis. Seperti yang tampak pada gambar.

"U" untuk Unjukan
Selang setengah jam, setelah penganten duduk di “kursi kebesaran”, tahap dua dari USDEK, yakni snack and soup. Snack atau jajan adalah yang dibagi pertama. Kami dapat dua macam jajan, semacam spiku dan sosis solo.

Tahap "S" untuk Snack dari USDEK

Selang 15 menit, sop pun dibagikan pada undangan. Kalau tidak salah namanya sup matahari. Enak banget :9
Rasanya mau nambah nambah, hahaha…


Super Delicious Soup named "Sup Matahari", tahap "S" dari USDEK
Super Delicious Soup named "Sup Matahari"


Tahap ketiga dari USDEK adalah Daharan, yang berarti Makanan. Sungguh unik sajian yang kami terima. Nasinya dibentuk sedemikian rupa hingga mengingatkanku pada salah satu jajan pasar yang kami namai “Putu Ayu”.


Main Dish on USDEK, "D" stand for Daharan

Selang 20 menit, undangan kembali dibagikan tahapan –hampir- akhir dari USDEK yakni huruf “E” yang adalah Es Krim. Makan eskrim beginian nih, yang sekarang udah jarang banget kutemui dikota-kota. Lagi-lagi..enaaakk :9


"E" dari USDEK itu untuk Eskrim


Tahap terakhir dari USDEK adalah huruf “K”-nya yang berarti Kondur. Kondur dalam bahasa berarti Pulang. Pulang dengan perut yang super duper full, dan tentunya buatku adalah ide nulis blog yang kuilustrasikan dengan senyum-senyum sepanjang acara, hehehehe.
Tapi tidak lengkap rasanya kalau kami belum berfoto bersama penganten yang jadi empunya acara. Inilah kami… taraaaaaaaa!!

Barakallah Faizal, dan Istri. Semoga yang lain cepet nyusul, aamiin (*eh)

Eh waktu prosesi ceramah oleh ulama, Pak Kyai berpesan "Duren Duren, Roti, Roti. Biyen yo Biyen, Saiki yo Saiki" yang arti bahasa-nya: Lain dulu lain sekarang, jangan disamakan. 
Kurang lebih begitu sih. Hahaa menohok sekali buung!

Sekian bagi-bagi postingan dan pengalamanku. Seru banget perjalanan ke Karanganyar kemaren.
Dapet pengalaman baru, dan inilah..postingan baru. Hwehehehe.

Ofcourse, Jogja you are too kind for me :D (*as always)