30 Nov 2019

Mas Angkuh, Saya Kangen

Assalamualaikum.

Halo Mas. Apa kabarmu disana?
Semoga kabarmu baik-baik saja. Semoga jam tangan dobel digital plus analog yang sepertinya di dunia ini cuma kamu yang pakai itu, masih berfungsi dengan baik di tangan kananmu. Dan jadi sumber sindiranmu ketika seseorang yang membuat janji denganmu, terlambat datang.

Iya ya. Sudah lewat dua tahun kita tidak lagi saling sapa se-sering biasanya dahulu. Sapa menyapa.. Hal yang setiap kali kamu lakukan lebih dulu, yang kemudian aku rindu dengan mudahnya. Ih, sial.
Aku tahu, tidak ada hak untukku lagi membual keseharianku ke kamu ditemani secangkir susu jahe. Aku pun sadar, adalah normal jika saat ini kita tidak saling lagi mengingat wajah masing-masing. Dan aku tidak bisa apa-apa untuk itu. 

Mas.. aku merindukan momen kebersamaan kita. Aku rindu bisa menceritakan hariku ke kamu, aku ingin itu ada lagi di lipatan hariku.
Aku ingin itu kamu. Bukan yang lain.
Mungkin inilah alasan kenapa laki-laki lain selalu "bukan apa-apa" dibandingkan kamu. Iya, tanpa sadar aku menjadikanmu standart untuk "seseorang"-ku.

Minggu-minggu terakhir di tahun 2019 ini sedang kita jalani Mas.. dan seperti biasanya saat akhir tahun, rasanya tubuhku ingin membelah menjadi dua..atau empat kalau boleh. Capek sekali rasanya melalui 24jam di hari-hari akhir tahun ini. Ingin rasanya minta tambahan jam sama Alloh. Kerjaanku banyak banget Mas. Dan lagi, ga ada kamu. Tempat aku ngomel-ngomel tentang hariku. Ga ada kamu, orang yang dengan lugas balik ngomelin segala omelanku dengan satu kalimat tanya "lha emang iya, siapa yang suruh kamu mau kerjain itu semua?" Sambil tersirat ekspresi kasihan ke aku.
Well, aku luluh oleh ekspresi itu. Aku merindukannya.

Mas, aku kangen. Aku kepengen ada seseorang sepertimu yang mau tuntun, arahkan, ajarin aku dan membuka mataku tentang sisi pandang lain soal hidup.
Aku tidak tahu, kapan lagi ya Alloh kasih kesempatan untuk bisa bertemu kamu. Atau seseorang mirip kamu deh, gapapa.

Kadang, dalam keputusasaanku, aku berharap macam-macam. Aku berharap muluk bisa memandang kamu, meski dari jauh. Bisa tidak sengaja berjumpa kamu di satu tempat.
Terbesit satu angan untuk aku bisa merasakan mengulang kenangan, yang mana aku baru rasakan sangat berbekas.....saking berharganya. Keinginan macem ini nih yang kadang bikin aku kesel sama diri sendiri. Kenapa kok impianmu aneh-aneh, kenapa juga hal yang tidak mungkin tetiba kesampaian.
Ah.. sudahlah.

Mas.. aku tahu kau disana sudah bahagia dengan hidupmu. Aku tahu, kamu sedang menapak jalur cemerlang se-cemerlang wajahmu yang kalau lagi baik itu bisa dikira playboy oleh wanita-wanita yang melirikmu.
Harapanku soal kamu sederhana saja.
1. Lupakan semua hal tentang aku, kita. Karena aku sedang berusaha keras untuk itu.
2. Kamu bisa selalu sehat bahagia dan jadi orang yang out of box as usually you did.
3. Kamu bisa menjaga anak dan pasanganmu hingga tak satupun mereka merasa lelah, lapar dan dahaga.

Mungkin sekian dulu suratku Mas. Semoga kau benar-benar sedang berbahagia seperti harapanku itu.