23 Nov 2018

Jalan Sebentar Ke Melaka

Assalamualaikuuuuum.

Alhamdulillah, akhirnya ada bahan untuk diposting lagi. Haha.

Awal tahun ini saya dan seorang karib yang memiliki nama belakang mirip karena kami berdua lahir di bulan dan tahun yang sama, si Indah, memutuskan untuk jalan-jalan ke Malaysia.

Sebenernya udah dari lama sih kami membicarakan tentang rencana receh ini. Udah dari kapan itu entahlah ya... yang pasti karena kami anti-wacana, rencana ini kudu diwujudkan dalam tempo sesingkat-singkatnya. Alhamdulillah sekaleee karena Inde (begitu aku memanggil si Indah) juga anaknya easy going anywhere anytime, jadilah kita ambil hari Libur Paskah di tahun 2018 ini sebagai titik keberangkatan kita untuk menuju negeri jiran. Kami merencanakan 3 hari saja di Malaysia (30, 31 Maret dan untuk 1 April saya dan Indah sudah otw balik). Iya iyaaa.. pasti dibilangnya bentar banget. Ya mau bagaimana lagi? Susah cari waktu lagi pemirsaa.. hehehe.

Oke.Tujuan kami adalah Melaka, satu kota tua di sisi barat daya negara Malaysia. Melaka ini tersohor karena keindahan arsitektur dan gaya bangunannya. Udah lama kami ngempet untuk menuju kota tua itu, dan alhamdulillah kesampaian.

Kami mengambil paket penerbangan yang disediakan maskapai kebanggaan negara Malaysia yakni Malaysia Airlines untuk moda berangkat dan pulang kami. Terbang dari Bandar Udara Juanda Surabaya kami take off  sekitar pukul 10.00 dan tiba di Kuala Lumpur Airport sekitar pukul 13.40 waktu Malaysia, yang berarti perjalanan kami sekitar 3 s/d 3.5 jam di udara.

Lancar dan tanpa hambatan perjalanan berangkatnya, plus kenyamanan pesawat skala nasional yang mana dapat bagasi, dapat in-flight meal, dan juga sempet banget saya nonton film terfavorit dalam kurun waktu 3 bulan ini - The Greatest Showman, dari awal sampe habis. Haha ya meski harganya agak merogoh kantong juga sih, tetep lah Alhamdulillah.
The Greatest Showman
Sampailah kita di negeri Jiran sekitar jam 2 siang waktu Malaysia. Langsung order Grab Car dari pintu kedatangan. Ga lama datenglah si abang Grab dengan mobil sedan mentereng yang siap membawa kami ke arah downtown Kuala Lumpur untuk cek in di hotel yang sudah kami booking jauh hari sebelumnya.
Grab Car kami melaju menuju KL

Singkat cerita, kami sampai di hotel dan kami memutuskan untuk tidak berlama lama ambil break karena berencana main ke Batu Cave dan waktu sudah menunjukkan pukul 3.30 sore waktu Malaysia ketika kami berangkat menuju Batu Cave. Menurut WikipediaBatu Caves terletak 13 km dari ibukota Kuala Lumpur. Cara termudah untuk mencapai Batu Caves adalah dengan menggunakan kereta komuter dari stasiun komuter KL Sentral, dengan tarif 2 RM untuk satu kali perjalanan. Anda juga dapat menggunakan taksi, dengan tarif sekitar 20-25 RM dari KL Sentral
Benar adanya, sekitar 40an menit kami perjalanan menuju Batu Caves dari hotel menggunakan Grab Car yang kami tumpangi. Plus, jam-jam inilah jam sibuk di Kuala Lumpur karena memang sudah waktunya pulang kantor dan hari ini bukan publc holiday bagi warga Malaysia.


Kera Batu Cave


Indah mainan sama Merpati di Pelataran Bawah Batu Cave


Setelah dari Batu Cave (kami naik sampai atas lhoo.. hahahaha), kami lanjut naik Grab kembali ke kota Kuala Lumpur untuk janjian bertemu dengan mba Citra yang sudah tiba di Kuala Lumpur sorenya. Iyaap.. kami bertiga kali ini jalan-jalannya. Aslinya berempat sih, tapi teman kami yang satu lagi, si Desy tiba-tiba terkena musibah yang kurang enak, jadi memutuskan untuk batal ikut kami ke Malaysia berkunjung ke Melaka.

Lanjut, kami sampai di Dataran Merdeka, waktu sudah menunjukkan pukul 17.30 (kurang lebih) dan awan mendung mulai menyelimuti matahari senja sore itu. Sedikit berfoto disana dan sini, seperti didepan KL City Gallery yang memang sudah tutup (padahal kami ingin coba cafenya itu), dan juga bangunan-bangunan yang mengelilingi Merdeka Square atau Dataran Merdeka.

Jejak Indah Di Dataran Merdeka

Indah di Depan KL City Gallery
Ketika kami beranjak menuju stasiun terdekat untuk menuju Twin Tower, hujan deras tiba-tiba turun. Kami sibuk berlari mencari tempat berteduh. Sambil terus melacak lokasi stasiun terdekat. Sayang banget kan kalau harus naik grab lagi. Terlalu kelewatan fancy nya nanti jalan-jalan ini. Hahahaha.
Setelah melalui hujan deras dan tersesat kesana kemari, kami akhirnya berhasil naik KRL menuju ke Twin Tower. Disana aku dan Indah sudah janjian untuk menunggu Mba Citra.
Kami keluar dari exit Barat Laut untuk berfoto dengan Twin Tower. Dan yes, ini pertama kalinya aku mengambil foto Twin Tower dari sisi sebaliknya. Biasanya kan turun stasiun langsung ke arah timur, atau KLCC Park. Nice to know other side dari menara kembar ini.. cantik juga kok untuk berfoto.
Mba Citra Nunggu Mas-Mas Tampan
Gantian Indah yang Nunggu Mas - Mas tampan hahahaha
Bukti bahwa kami bertiga bener-bener kumpul depan twin tower. 
Karena sudah kelelahan belanja coklat dan barang-barang titipan Indah lain di KLCC, kami memutuskan kembali ke hotel dengan intercity train. Lagi-lagi pemirsa, ketika sampai di KL sentral kami tersesat, karena salah memilih exit di sisi sebaliknya dari KL Sentral. Menyebabkan kami harus jalan agak jauh untuk menuju ke hotel. Haduuh ini semua mungkin salah saya yang mengarahkan jalan plus ditambah dengan GPS yang benar-benar acak... Maafkan saya teman-teman.

Begitu sampai area dekat hotel, kami putuskan untuk beli makanan sekaligus mencicipi kuliner sekitar hotel. Kami mampir di Nasi Lemak Royale yang rasa makanannya bisa dibilang Malaysia banget. Haha. Kami pesan nasi lemak (kayanya mba Citra ga makan deh, on diet maybe hehe).
Setelah makan malam, kami putuskan untuk segera kembali ke hotel karena besoknya kami harus berangkat sangat pagi menuju Terminal Bersepadu Selatan untuk menuju Melaka.

Pagi harinya jam 8 kurang lebih kami sudah selesai sarapan, kami bertiga lanjut pesan grab menuju Terminal Bersepadu Selatan, karena disanalah bis menuju Melaka ada. Kuala Lumpur hujan lumayan deras pagi itu, alhasil kami yang awalnya ingin menggunakan intercity train ke KL Sentral urung dan memilih naik Grab saja karena harganya hanya terpaut beberapa ringgit jika dibagi orang tiga. Hehehe.

Begitu sampai TBS atau Terminal Bersepadu Selatan kami langsung menuju loket-loket bis yang  bagaikan menyambut kami di pintu masuk terminal. Loket umum yang bukan non-loket bus tertentu ini  berjajar rapi banyak, dan kita bisa menggunakan loket mana saja yang buka untuk membeli tiket ke berbagai tujuan. Pagi ini terminal nampak sangat ramai, entah karena memang biasanya begini, atau sedang peak season untuk pulang. Pukul 8.30 pagi kami mulai antre untuk beli tiket bus. Begitu antreannya sampai pada baris paling depan, kami kehabisan tiket untuk 3 jam kedepan. Akhirnya kami putuskan beli tiket dengan jam terdekat yakni jam 12, yang berarti harus menunggu sekitar 2.5 jam di TBS.

Loket Umum untuk Bis ke berbagai tujuan

Tiket ku ke Melaka
Perjalanan agak panjang kami lalui ke Melaka, sekitar dua jam lebih menuju Melaka dengan bus ini. Kami tiba di terminal Melaka, dan langsung memutuskan untuk memesan Grab menuju ke Ee Ji Ban Chicken riceball karena perut kami sudah sangat lapar dijalan. Saat sampai di Ee Ji Ban, antreannya sangat mengular sodaraa...huhuhu. Akhirnya kami memutuskan membeli makan nanti saja, dan memulai petualangan di Melaka.
Tidak jauh dari Chicken riceball kami berjalan menuju ke Benteng A Famosa. Jalan kaki sejauh 650 meter saja ke arah barat dari Ee Ji Ban, dengan cuaca sore hari Melaka yang sangat menyengat. Perjalanan hari itu tidak akan aku lupakan. Haha.
Mba Cit berpose Depan Mall Dataran Pahlawan Melaka
Dataran Pahlawan dengan Mall Junction dibawah dataran atau lapangan ini
Proclamation of Independence Memorial Museum
A Famosa
Cukup foto-foto di depan museum kemerdekaan dan Benteng Famosa, kami lanjutkan berjalan mendekati core-nya Melaka, The Stadthuys. Ga jauh sih, tapi aku merasa cepat sekali lelah disini. Disamping cuaca yang sangat amat panas saat itu, banyak sekali pengunjung di area Kota Tua Melaka ini. Pantes ya tiket busnya kok lumayan perjuangan. Haha.

Kelelahan dan kepanasan ini semua terbayar lunas oleh pemandangan ala kota tua yang disuguhkan Melaka ke kami. Kolonialnya dapet banget. Alhamdulillah masih sangat terawat dan beberapa sudut gedung masih aktif digunakan selain sebagai destinasi wisatawan. Saya suka sekali main ke Melaka!

Disamping Museum Seni Bina Malaysia

Sisi Kiri gambar: Christ Church Melaka
Sisi Kanan gambar: The Stadthuys
Tengah Belakang gambar: Melaka Clock Tower

Ga afdol kalau ke Melaka ga mampir untuk duduk-duduk di Melaka River Walk dan mencicipi berfoto bersama bagusnya mural mural yang ada di dinding-dinding rumah penduduk Melaka River. Jadi setelah kami berhenti sebentar makan es duren dan es semangka, kami lanjutkan perjalanan ke mural street art Melaka.
Melaka River View

Mural Street Art of Melaka
Tidak lama dari mural street art, kami bergegeas karena jam menunjukkan pukul 5 sore saat kami kebingungan pesan Grab untuk kembali ke terminal Melaka. Kami sedikit takut tidak keburu dapet Bus karena kawatir terjadi hal yang sama dari saat kami berangkat. Untungnya aman-aman saja, kami mencari tiket bus kembali yang tanpa menunggu lama. Cukuplah waktu menunggu bus kami pakai untuk sholat dan juga mampir McDonalds membeli makanan cemilan perjalanan karena memang kami belum ada makan sama sekali dari setelah sarapan di hotel.
Begitu sampai di TBS, kami langsung berpindah ke intercity train dengan sedikit tanya sana sini (karena memang papan penunjuk tidak terlalu jelas ada di lantai berapa intercity train stationnya berada).
Pukul 9.30 malam kami sampai kembali di KL Sentral dan bergegas menuju hotel. Karena besoknya saya dan Indah dijadwalkan terbang kembali ke Indonesia pukul 7 pagi yang artinya sebelum subuh kami harus sudah berada di KLIA. Disitu kami berpisah dengan Mba Citra yang ternyata mengambil jam terbang sore hari. Beliau mengatakan akan berjalan keliling KL sendirian setelah kami pulang. Karena kamar yang berbeda, kami berpamitan disitu dengan Mba Citra.

Perjalanan kembali kami alhamdulillah aman dan tepat waktu hingga kembali ke Juanda Surabaya.

Wow. What a supershort journey.
Can't wait for another journey with them!


Semoga saya masih bisa jalan-jalan dan menulis lagi disini yaa.. aamiin

7 Feb 2018

Beku Untukku

Sudah satu tahun lebih aku meninggalkan, melesat menjauh dari tempat terakhirku berharap tinggi dan muluk. Ku nikmati putaran rodaku saat ini, bernafas, dekat rumah, di kota kelahiran, rajin membuat status di media sosial, free bird, bahagia... mungkin.
Banyak hal terlewati tak sempat aku utarakan di laman ini.

..dia tlah berdiri, coba berlari..

Sama kok. Akupun tetap --setidaknya merasa demikian-- lesatnya meninggalkan waktu dan segumpal penyesalanku mengapa terlambat sekali aku pergi dari sana.
Membuat luka yang sempat menganga hingga beberapa lembar keluhan aku gugah di laman ini.

Semuanya indah kok, membuatku belajar, makin mengerti. Bahwa masih, harus menerima kenyataaan bahwa :
Aku mendoakan dan merindukan hal yang tak akan mungkin aku menangkan. 
(ingat jelas setelah mencoba mengingat-ingat dan menelaah laman ini)

Aku cukup bahagia dengan apa yang aku jalani sekarang. Meski sebenarnya kebahagiaan apapun tidak dapat digambarkan dengan kata "bahagia". Setidaknya selalu menemukan cara untuk menikmati hari-hari yang berjalan, Aku pun tau apa yang aku lakukan, memahami apa yang aku utarakan kepada orang-orang, Tak lupa mencoba menghargai mereka yang ingin 'mengetahuiku lebih dalam'.. yeah, banyak.

Senang rasanya mengetahui bahwa aku tidak lagi membutuhkan buku diary-ku, yang aku dapatkan dari ulangtahun ke 17ku. Buku itu adalah kado dari Ghea, Puput, dan Anggi..yang kesemuanya teman masa SMA. Senang rasanya karena buku diary sudah sangat lama tergantikan oleh mereka yang hidup dan selalu nampak disekitarku.
Namun adakalanya aku ingin menikmati kesedihan-kesedihan itu sendiri. Mengenang Alm. Abah, Alm. Puzzy, dan mengenang masa-masa berat setahun yang lalu..hingga akhirnya aku pulang. Mengenang motor kesayanganku, Bebiblue, yang sudah waktunya pindah pemilik setelah 10 tahun lamanya kami tunggangi, dan 5 tahun kurang lebih bersamaku di kota sebelah tempatku merantau dan mencari kenangan. Hehe.. lebih nikmat saja, rasa-rasanya..

Mungkin hati ini memang semakin hari semakin acuh pada kepalaku. Sering dia tiba-tiba membuatku terjaga sepanjang malam, kadangkala karena ketakutan.. atau hanya hal-hal sepele yang hilang saat ku tetiba ketiduran. Mungkin ia lelah dengan isi kepalaku yang selalu membuatnya geram. Sifatku yang hampir selalu --dinilai orang-- terlalu baik dan tidak tegaan, merugikan hati. Jarang aku ajak dia jalan-jalan sendiri, persis seperti dulu saat mengerjakan skripsi. Pulang tengah malam hanya untuk menikmati lampu kota, dan duduk sejam dua jam di pinggir bukit bintang, hanya untuk menyapa angin yang membelai wajahku.

Ah.. maafkan aku, hai hati.. kau semakin hari semakin beku. Makin entah bagaimana caranya, makin jauhlah pilihan jalanku dengan ucapan-ucapan mereka semua yang mampir di telingaku tentang :

..berdamai dengan hati..

Sejujurnya pun aku tak pernah suka membiarkan dia membeku, bahkan aku senang sekali saat mengetahui dia menghangat karena obrolan-obrolan remeh di akhir hari dengan karib-karib, obrolan receh sepulang kantor, dan panggilan telepon berjam-jam yang aku tak pernah paham apa kesimpulannya. Begitu menyenangkan, melegakan, membuat padang rumput di halaman rumah hatiku setidaknya kembali hijau, dan basah karena hujan yang membuat nyaman..

Aku rindu sekali membuatnya bahagia.

Semoga masih ada waktu untukku membuatnya bahagia, sehat, tidak gendut sepertiku yang sudah cukup sangat kesusahan mengurangi berat badan karena stress dan polapikir yang tertekan sepanjang waktu.

Semoga masih ada waktu untukku membuatnya hangat.. dan tidak lagi beku untukku.


Ku ketik diatas meja kantor menjelang jam pulang,
Malang, 7 Februari 2018