15 Feb 2013

Jalan - Jalan ke Rawa Pening

Assalamualaikum!

Akhirnyaa bisa posting hasil jalan-jalan lagi nih =D 
Seneng sekali rasanya.

Kali ini acara ke Rawa Pening yang berlokasi di Kabupaten Semarang ini bukan sekedar untuk jalan-jalan  sebenarnya. Kebetulan jurusan sedang mengadakan short course bertemakan ecoDRR, dan aku tergabung didalamnya. Field trip kita ini terkait DRR (Disaster Risk Reduction), yang adalah mengobservasi bahaya dan bencana serta penanggulangannya di wilayah sekitar Rawa Pening.

Acara kemarin bertepatan dengan hari Rabu, 13 Februari 2013 dan kami semua seharian disana dari pagi hingga menjelang malam. 
What a day yess, hehe =))

Buat yang belum pernah ke Rawa Pening, aku sarankan mending bawalah keperluan piknik karena wana wisata Rawa Pening ini (yang berlokasi di Bukit Cinta -- begitulah Pemerintah Kabupaten Semarang mengembangkan  dan menamai titik pusat kegiatan wisatanya) cocok sekali untuk melepas penat dan lelah sambil menikmati makan siang. 
Ditambah dengan tempat wisatanya yang bernama Bukit Cinta, huwadoo.. so romantic yes?! 
Ha ha ha.

Sempet beberapa kali aku mengambil foto dan mencoba mengabadikan moment - moment kami di Rawa Pening, and here they are!


Tina kepotret, *eh

Our Lunch Scenery -- Bayangkan betapa sejuk udara disini --

sebelum field observation, kami ada sedikit pengarahan dari dosen, dan inilah ecological map basin Rawa Pening dan sekitarnya

fisherman's 

mas - mas nongkrong
(biaya model photonyaa..gratis ya mas?!)

hasil tinjau lapang di pedesaan sekitar Rawa Pening

tide even

kami nggak tau ada hewan sebesar itu disini!!
hahaha

another side on Rawa Pening 


pintu air Tuntang, you can see how much the Eceng Gondok here

Pintu Air Tuntang

Pintu Air Tuntang -again-

That's it!

Satu hal yang ini aku dapatkan, kenyataan bahwa kurangnya pengelolaan dan pengembangan akan wana wisata ini yang membuat Rawa Pening tidak se-famous saat dahulu. Bisa juga disebabkan faktor alam dan penanganannya yang kurang menembak langsung pada permasalahan utama. Sehinga permasalahan yang dari awal sudah ada menjadi sulit / tidak teratasi dan bertambah kian harinya. 
Contoh: tanaman Eceng Gondok.
Semua media membahas betapa membludaknya populasi Eceng Gondok di kawasan ini. Masih terasa banget menyakitkan di hati dan kuping kalau mendengar cerita masyarakat sekitar betapa pendapatan harian dari keberadaan wana wisata ini menurun drastis dari waktu ke waktu.

Yaa mungkin yang belum adalah titik balik untuk masyarakat dimana mereka mau lagi giat bareng-bareng membersihkan tanaman-tanaman itu. Bukan cuma dipilihin yang bagus, dijadikan kerajinan, dan sisanya dibuang lagi ke Rawa Pening. Itu bukan hal yang baik untuk kelanjutan Rawa Peniiiing, meeen..

Bayangkan apa yang bisa mereka dapat jika Eceng Gondok itu tidak menjadi masalah besar. 
Seperti kualitas air yang tinggi, pemandangan wisata yang so lovely, Bukit Cinta yang terbangun dan terkembangkan dengan baik, dan juga minat wisatawan yang terus meningkat karena mereka "betah" untuk berwisata dan (menurutku sih cocoknya emang) berpiknik di Rawa Pening.

Okelah, semoga segera diperbaiki dan someday saya ingin mengajak keluarga saya mengunjungi Rawa Pening ini deh! Ha ha.

Ayo jalan-jalan lagi =D

6 Feb 2013

Lihat Positifnya

Apa kamu pernah ada diposisi dimana dunia menyalahkan kamu atas apa yang nggak kamu lakukan? Terkadang ngelakuin hal yang menurut kita benar, tapi menurut orang enggak, kita dibilang salah.

Hidup kan cuma perjalanan, kakinya ya kaki kita sendiri, arahnya yang tentukan ya kita sendiri. Adalah wajar menganggap sesuatu hal didepan kita secara subjektif. Kalau kita mau melakukan suatu kebaikan, udah dari sononya pasti ada yang nentukan dan menilai itu baik atau enggak. Amalan, Sedekah, Zakat, Menolong orang tua, membuang sampah ditempatnya.. Norma-norma yang dari awal kita didoktrin untuk menilai itu "baik".
Bukannya setiap amalan baik tidak perlu dikomentarin
Bukannya amalan-amalan baik tidak perlu diperlihatkan?

Nggak, aku nggak bermaksud menyidir siapapun di post ini. Ini adalah sedikit refleksi dari diri. Hendak apa, dilarang apa, harus bagaimana.

Aku banyak belajar dari titik ini, ketika aku merasa iri akan pencapaian seseorang, itu tandanya aku belum mampu memiliki apa yang dimiliki orang yang menjadi obyek iri-ku. Tapi bukan berarti aku harus mengikuti apa yang dicapainya. Nggak.. 

Buat kawan-kawan yang sedang membaca postinganku,
Apa kalian sering membicarakan seseorang? Ya, kebanyakan akan menjawab IYA.
Maka kusimpulkan kalian sering membicarakan seseorang dibelakang orang tersebut. 
Namun, adakalanya bukan semua hal yang diperbincangkan itu jelek kan?
Jadi, apakah segala hal harus langsung di-suudzonkan? Jawabannya enggak.
Lha kalau kita sedang membicarakan kebaikannya? Sifat baiknya? Kebiasaan baiknya?

Maka merugilah waktu yang dibuang untuk suudzon,
gitu kan.
He he he.

Hidupmu itu hidupmu, kadang kamu melihat/menoleh sekilas ke samping melihat mereka yang berjalan bersamamu. Disaat itu kamu patut berucap syukur atas apa yang kamu dapat. Atas segala yang terjadi padamu, dan segala hal buruk yang Dia hindarkan agar tidak terjadi padamu.

Hanya dengan bersyukur kau akan merasa kaya. Meski hanya tertinggal Rp.1.000.- di kantong.
Dengan bersyukur kamu merasa sempurna, karena Dia menciptakanmu sempurna seperti yang diinginkan-Nya. Meski nggak seperti yang kamu inginkan. Karena pada kurun waktu itu, kamu terlalu sering melihat kesamping, atau keatas.
Apa yang membuatmu merasa "kurang"? (thank's Chin, this picture from him)
Lihatlah positifnya, dari nyawa yang menempel pada tubuhmu itu. Lihat kemungkinan yang terjadi, lihat anugerah yang belum juga kau ucap syukur pada-Nya. Hitung.. Bisakah kau hitung?
Kalau aku sih, belum bisa. Jari dan otak ini nggak akan pernah mampu mengkuantitaskan anugerah-Nya dalam bentuk angka.

Jadi, untuk kamu yang sedang memandang rendah aku. Memandang rendah kemampuanku. Berbicara tentang hal yang tidak patut dibicarakan dibelakangku...
Aku hanya ingin menyampaikan permohonan maafku, karena aku sedang tidak dipihakmu.
Maaf, kalau aku membuatmu kecewa. Atau tidak puas, atau merasa dirimu tidak sempurna karena adanya diriku.
Pardon me. Maaf ya.. =)

5 Feb 2013

Jogja, You Are Too Kind! (3) | Edisi : Grebeg Mulud

Assalamualaikuuum..

Kembali lagi masih di dalam judul postingan yang sama. Seperti janjiku kemaren di postingan sebelumnya, kali ini aku bakal share beberapa foto waktu aku jalan-jalan berburu moment Grebeg Mulud. Acaranya persis di tanggal 12 Rabiul Awal untuk tahun Hijriyah, dan 24 Januari 2013 untuk tahun Masehi. Sengaja, emang diadakan pada tanggal ini untuk merayakan hari ultahnya junjungan besar umat Islam, yakni Nabi Muhammad SAW.

Saking penasarannya aku ama acara yang tiap tahun selalu masuk di tipi-tipi nasional ini, kubelain pagi-pagi jalan kaki dari kos ke alun-alun utara. Yah lumayan lah itung-itung olahraga pagii.. Jarak dari kos ke alun-alun utara ini sekitar 3-4 km kearah barat.

Pukul setengah 8 pagi aku jalan, ternyata poros Jalan Sultan Agung hingga ke Pasar Sentul yang berada tepat di depan Ndalem Keraton Pakualaman (Wakil Gubernur mendamping Sultan Hamengku yang sedang menjabat saat ini) udah ditutup. Usut punya usut, salah satu Gunungan (tumpeng raksasa) akan dibawa atau diarak ke latar Keraton Pakualaman. Nah karena rangkaian acara utama masih nanti jam 10 pagi, ya aku putuskan tetap melanjutkan perjalanan ke arah alun-alun utara.

Memang jepretan-jepretanku nggak akan mewakili serunya Grebeg Mulud dan nggak sebagus mereka yang pake DSLR bertele, tapi intinya cuma kepingin berbagi pengalamanku waktu jalan-jalan kemaren =D
Here they are..

Yaaa Gajah.. Mau aapa? Ha ha ha

Suasana Sekaten Hari Grebeg Mulud dari perspektif si Ibuu

Suasana Sekaten di Grebeg Mulud

 
Perrsiapan =D
Perrsiapaaaan =D
Komandan Pasukan Lombok =D Halo Pak!
Antusiasme Warga dan Wisatawan Menyambut Gunungan yang baru keluar dari Keraton
Prajurit Keraton Mengawal Gunungan Pertama 
Selalu diiring oleh musik ala keraton
Prajurit Pengawal Gunungan
Pengawal Gunungan
Gunungan 1 dibawa ke Keraton Pakualaman
Gunungannya Banyak Jemblem, siapa minat? =D
Super banget deh yang ngejar gunungan ke Pakualaman

Sayangnya, aku melewatkan acara rebutan gunungan yang selalu disiarkan live maupun gak live di stasiun tipi-tipi nasional itu, huhuhu. Yah.. tapi merasa seneng juga. Karena ada yang bisa kucapai dari keinginan terpendamku bertahun-tahun untuk menonton Grebeg Mulud Keraton..  Sendirian pula! Puasnya itu di level "BANGET".. Ha ha ha

Let say, Alhamdulillaaaaaaahh =))

Oh iya, dipostingan ini juga aku pengen menyampaikan apresiasi terdalam buat para pawang hujan yang bekerja sangat keras pada hari Grebeg Mulud ini. Aku ngelihat dari jepretan-jepretan yang sempet kena langit sebagai background itu merasa kalau mendungnya gelap sekali. 
Para pawang membuatnya hanya mendung dengan suhu udara yang lumayan tinggi, jadi setelah menjepret persiapan para prajurit di depan keraton aku langsung menerobos barisan wartawan-wartawan yang pada berebut ambil foto dan angel terbaik mereka untuk acara Grebeg Mulud ini. Bedanya, aku nerobosin mereka bukan buat foto-foto.. tapi kehausan! Ha ha ha =D
Tepat setelah rangkaian Grebeg Mulud selesai, selesai pula tugas para pawang kan. Hujan pun turun secara tiba-tiba tanpa tanda.. Supeer.. He he he

Segitu dulu postingannya kawan.
Sampai jumpa di postingan selanjutnya!