Mimpiku adalah tentang membahagiakan sisa masa lalu.
Ini mimpi yang mungkin dihindari setiap orang, namun kuberanikan untuk menghadapkan wajahku kesana. Kebanyakan memang orang begitu. Menutup wajahnya rapat akan hal yang mereka takuti. Sama..aku juga. Namun badan ini menghadap kesana. Memberanikan jiwa yang sok berani untuk berani. He he he.
Setidaknya berusaha bukan? :p
Aku pernah merasa mengecewakan seseorang..sama seperti aku merasa dikecewakan mungkin. Ya..semuanya merupakan kesalahan. Salah yang ini adalah salah yang tanpa ujung. Karena kami tidak bertemu lagi setelah sekian lama kesalahan itu tercipta. Walaupun aku sudah di kotanya.
Sewu kutho, uwis tak liwati..
Begitu kira-kira.
Tapi yasudahlah. Mungkin memang dia yang tidak ingin berjodoh denganku sehingga kami tak lagi pernah bertemu.
Malam tahun baru masehi 2012 aku sepenuhnya menghapus rasa salah itu di langit kotanya yang begitu indah dengan jutaan kembang api tiada henti..dan sial sekali esoknya batrei kameraku habis tanpa kubawa chargernya yang tertinggal dirumah. Ha ha ha.
~~~~~~~~
Kereta dengan harga karcis paling murah di abad ini membawaku ke kota seorang kawan. Kawan karib. Kawan yang tak sengaja kukenal. Kawan yang memaksa mengenalku, sekaligus mungkin, memaksakan dirinya untuk mencintaiku.
Pagi itu kutekadkan untuk menemuinya. Mengatakan bahwa segalanya tidak bisa dilanjutkan dengan normal. Tetapi jika ingin ini semua menjadi normal, satu-satunya jalan adalah merubah cara pandangnya terhadapku.
Hari ini adalah gathering party klub kami dikota sebelah. Kusempatkan datang, melihat sekeliling, mencari jikalau ada yang kukenal dari mereka yang datang dari seluruh penjuru propinsi tersohor nomor dua di negeri ini. Namun lucu..tidak satupun kukenal. Jauh jarak yang kutempuh dengan kereta murah untuk sampai disini, ketika kulempar pandang dia tak juga nampak. Akhirnya dengan sabar kunanti band-nya disebut diatas panggung.
Ya..disitulah dia. Dengan lihai memetik melodi mengiringi bandnya memainkan musik yang genrenya sama sekali tidak kusuka.
Disinilah aku. Berdiri memandang dia dari jarak lima belas meter darinya..ditengah kerumunan asing, dan memikirkan kalimat apa yang harus aku katakan selanjutnya. Namun tak ada. Tak satupun huruf yang muncul untuk dia.
Leganya mengetahui dia tidak melihat keberadaanku dikotanya hari itu.hingga saat kereta murah itu kembali pulang membawaku ke kotaku.
Karena kuputuskan untuk mengirim SMS saja tentang ini.
~~~~~~~~~
Ketika takdir memaksaku kembali lagi kekotanya, hal yang aku impikan adalah sunrise diatas benteng Pasar Ngasem. Melukiskan senyumnya yang menyakitkan di awan-awan tipis dikota ini.
Wah sakit banget. Tapi indah.
Well. Setidaknya masih ada yang kuingat dari dia, dari senyumnya yang menggambarkan bahwa dia sungguh tampan..namun dipunggungnya ada kenyataan yang menyakitkan.
Iya.. aku merasa ada yang perlu kucintai darinya tanpa sadar. Namun dia tak boleh melakukan hal yang membuatnya mencintaiku tanpa sadar.
Kalau begini..
Siapa yang harus ditampar? :)
Aku masih ingin bertemu dengannya. Meski dia tak lagi ingin bertemu denganku. Entah ya. Mungkin jijik. Mungkin enggan. Atau "salah" itu dia yang merasa?
Aku menghadapi wajahku sendiri yang melawan kenyataan sekarang. Tapi setidaknya aku sudah menghadapinya dengan berkata jujur, "ini nggak bisa diteruskan.."
~~~~~~~~~~
Mengagumi seseorang adalah output yang wajar saat kita mengenal lebih dari sebentar. Kebanyakan kaum hawa sih yang duluan.
Kaum adam? Lebih ahli menyimpannya.
Eh..meski untuk sebagian adam tidak juga. Blak-blakan ngomong kamu cantik, itu yang aku benci. Dimana rasa menghargai diri sendiri kalau gitu?
Maaf tapi anda tidak ada bedanya dengan tukang jual obat di pasar dengan microphonenya yang menyala seharian.
Oke.. aku memutuskan untuk mengungkap perasaan terpendam berjuta tahun lamanya yang kurasakan pada seorang adam.
(Berjuta tahun? Berlebihan sekali)
Sebenarnya.. Ini tidak lebih dari impianku yang ingin kubahagiakan. Oleh karenanya sebelum surat cinta itu sampai, hati dan kepala sudah lulus kuikutkan kursus menerima kenyataan paling pahit hingga kenyataan paling manis.
Syukurlah berhasil.
Lulus dengan nilai pas. B.
Tapi hasilnya yang malah membuat pelajaran selama kursus tidak ada gunanya.
Aku digantung ditiang bendera 17an dipuncak Gunung Kawi.
Tanpa jawaban tanpa respon. Dan (belum) ada komentar ataupun hal yang paling kutakutkan dari segmen ini, penolakan.
Well setidaknya aku membahagiakan sisa masa laluku. Setidaknya beban perasaan sudah terangkat. Setidaknya sementara ini belum ada kata tidak. Cuma itu sih yang kupikir.
~~~~~~~~~~~
Seringkali sekebat bayangan seorang teman baik muncul dikepala.
Sekelebat yang harusnya kulupakan.
Sekelebat yang tidak perlu diingat karena dari sikapnya terakhir kami berbincang, dia seperti tidak ingin kuingat lagi.
Sempat senang pernah mengenalnya. Sempat kagum sesaat pula dengan apa yang dia punya didirinya..
Seorang dengan tipe cerewet yang tidak biasa. Seorang komentator handal di bidangnya.
Ha ha. Senang bisa menjadi inspirasinya.
Semoga dia bahagia dengan ceritanya :))
Dan inilah ceritaku.
Cerita seorang yang ingin membahagiakan masa lalu.
Cerita seorang yang berdoa agar masa depanku indah hingga tak perlu lagi memohon maaf dan meminta Tuhan memutarbalik waktu.