23 Nov 2011

Buntu

Tuntutan akan adanya bacaan yang berkualitas sebagai nilai tambah dan daya tarik bagi blog pribadi saya rasa sulit buat temen-temen yang nggak begitu suka menorehkan curahan hatinya kedalam tulisan. Tulisan yang saya maksud ini tidak melulu tulisan yang dapat dibaca khalayak ramai seperti blog ini lho, tapi juga curhatan yang hanya dapat dibaca pemiliknya saja.
Banyak lho, penulis blog yang menerbitkan tulisannya yang sebenarnya bersifat pribadi. Saya anggap dia berhasil menjadikannya sebuah seni. Karya yang bisa dinikmati orang banyak. Berhasil dalam hal keberanian dan juga penciptaan daya tarik orang buat membaca tulisannya.

Ngomong opo toh aku ini?

Gini ini lho kalau lagi buntu.
Sebenernya blog lebih asyik jadi media pemuas kegalauan, dibanding jejaring sosial. Karena dimata saya, terlalu aktif di jejaring = terlalu terbuka pada publik. Berarti yang siapapun yang menjadi pribadi seperti itu, rentan sekali dirusak oleh pihak iseng, pihak tidak bertanggungjawab, juga pihak yang kepingin mencari keuntungan semata dari keisengannya.

Sekali lagi,
Ngomong opo toh aku?

Hehe.

14 Nov 2011

Mr. Smile 1

"you are my mr. smile.."

Semangatku ada disana, hai kamu..
Untuk senyum itu, senyum yang kau sisipkan pada panjatkan doa syukurmu pada Tuhanmu setiap pagi.
Senyum yang sama, yang membuatku meredam seluruh amarah ketika aku membenci kesukaanmu pada hal yang --dengan lucunya-- tak aku sukai.
Hai kamu, aku tidak pernah memilihmu untuk masuk ke hidupku, ke hatiku. Sama seperti, selayaknya kehadiranku dihadapanmu yang pasti tanpa disengaja. Tidak sengaja juga, kalau senyummu menjadi satu bintang yang bersinar sangat terang, hampir seperti matahari. Menyengat sih, tapi membahagiakan. Terimakasih untuk menjadikan aku hal yang penting disaat aku tidak menyangkanya. Semoga bukan hanya bunga dari pikiranku saja..

"you are my mr. smile.."

***
Kami saling berpandangan dalam diam, dan dia tidak berkedip selama itu. Kertas yang tadi kubaca isinya masih kugenggam erat, sampai lusuh kuremas dengan gugup. Alih-alih menjawab pertanyaan, aku hanya terpaku didepannya tanpa bergerak sedikitpun. "Hey Aliya.."
"kenapa?" dia bertanya. Kepalanya sedikit miring melihat ekspresi wajahku, raut syok yang muncul setelah dia menyapaku.
"aku kemarin melihatmu menyanyi.." dia geli melihat ekspresiku yang tidak jelas saking kagetnya, "dan bergitar, itu kamu kan?"
"ya.. tapi itu kan acara amal untuk.."
"iya, aku panitianya lho," sambil tertawa, Mr. Smile memotong.
Kemarin aku tampil diatas panggung untuk sebuah acara amal bencana banjir yang diadakan di taman kota. Acara yang berkonsep "jalanan beramal" itu cukup sukses, terbukti dengan banyaknya dana terkumpul dari penyumbang yang notabene pengunjung taman dan --sepertinya-- pacar, sahabat, genk, juga keluarga dari pengisi acara.

Senyum itu. Dia memberikannya. Senyum yang sama, yang sepanjang kenanganku soal senyumnya, dituju selain untukku. Sebagai balasan, aku tersenyum semanis mungkin dengan harapan dapat membuatnya terkesan.

"suaramu bagus, Aliya. Aku penggemarmu, sungguh.."

Waktu serasa berhenti. Aku menahan napas dan tidak dapat berkedip beberapa saat.

"Hei.. Kenapa?" tanyanya lagi. Membuyarkan lamunan, juga mengatup mulutku yang sedikit menganga. Sebagai samaran sikap salah tingkahku, aku meringis selebar mungkin selama dia bicara dan menatapku. 
Aku baru menyadari, ketika dia tertawa, hampir dua pertiga matanya tertutup. Itu membuatnya semakin tampan dan lebih tampan lagi dimataku. 

Ah, Mr.Smile :")

Kami tadi berpapasan tanpa sengaja dilorong basement sekolah yang luas, tempat kebanyakan siswa menghabiskan waktu istirahat. Hebatnya, aku kalah telak dengan dia. Belum sempat mata ini mencari, dia sudah menemukanku dahulu. 
Dan, woow.  Mr. Smile tahu namaku, dia tahu aku, mengajakku ngobrol lho.. Hingga aku tersadar oleh lonceng yang menunjukkan jam istirahat berakhir.
Sampai terlupa akan gumpalan kertas --sekarang sudah benar-benar menjadi gumpal-- yang seharusnya aku dahulukan untuk dibaca. Sebuah memo singkat dari Mr. Samuel. Seorang pemusik yang kukenal saat coba-coba manggung di cafe seorang teman. Mr. Samuel berkata ingin mencoba merekam lagu dan suaraku di studionya. Kupikir tidak ada salahnya juga hobiku ini beralih ke jenjang yang lebih tinggi, kan.

"Meet me at the office after school end, Aliya"

Yuhu. Tidak sabar aku menunggu bel selanjutnya berbunyi.

*****





7 Nov 2011

Kereta Itu Adalah Hati Saya

Kemarin, seorang teman karib bertanya kepada saya mengenai keputusan hati yang saya ambil. Keputusan mengapa keadaan saya masih seperti sekarang,  menunggu dan berpasrah diri tanpa ada tindakan. Well, ini soal perasaan yang belum sempat saya ungkap pada seseorang.
Teman saya mengibaratkan seperti kereta. Kereta yang pasti berangkat dengan keberadaan saya ataupun tidak ada. Kereta yang cepat atau lambat pasti akan meninggalkan saya, apapun keadaannya.
Semua hanya masalah waktu, dan kemauan sebelum saya mengutarakan isi hati saya.


Sharing yang ada kemarin dengan kawan saya itu benar-benar membuat otak ini berpikir semalaman. Apa saya salah menyimpannya dan memilih untuk bungkam? Apa memang harus diutarakan? Atau.. Perasaannya terhadap saya bukan seperti ini atau bahkan sama?

Seluruh pertanyaan menampar saya, menyadarkan apa yang telah saya lewati selama ini adalah hal yang sia-sia. Penantian, ketidakpedulian, maupun perhatian yang ada diantara saya dan dia.

Loh, hey!
Kenapa harus galau? Lihatlah Tuhanmu memberikan musim yang hangat dengan matahari bersinar cerah setelah pucat dan suramnya musim penghujan.

Hari ini hari yang baik, dan saya tidak boleh galau karena masalah hati. Meskipun berat, harus tetap ada langkah yang ditempuh! Harus!

3 Nov 2011

Satu Yang Kutunggu Untuk Menyapaku

saya? bukan, bukan saya yang memilih untuk mengingatmu. tapi keadaan ini, kondisi ini. semuanya didalam situs jejaring sosial yang saya punya, masih sering menyebut namamu.
saya? bukan saya kok, yang memilihmu untuk muncul ditajuk tampilan "berita populer" pada beranda akun saya pagi ini.
gambar dari sini
dan mungkin juga bukan salahmu, untuk tidak mengingat saya sekalipun. bukan salahmu juga, jika kamu tidak melihat saya ditajuk "berita populer" pada berandamu. 
lalu, kira-kira salah siapa?
well, saya sangat tidak ingin menyalahkan waktu. semua ini karena saya sedang muak berurusan dengan dia saat ini. kau tahu? waktu yang sangat lama, sudah saya habis pergunakan -atau lebih tepat pakai kata "buang" ya?- untuk melakukan hal membosankan yang disebut menunggu.
yap! menunggu ponsel saya berdering, berasal dari nomor tak dikenal, menanyakan identitas saya, dan beberapa pertanyaan wawancara standartnya. menunggu saat-saat itu tiba. sudah sangat lama dan saya hampir putus asa. karena telepon itulah yang mungkin akan merubah hidup saya.
saya tidak bodoh telah membuang banyak waktu untuk menunggu, saya hanya merasa dibodohi. 

lalu, apa hubungannya telepon ini dengan kamu? hmm.. sebentar.
ada kok.
ada kamu dan telepon. satu yang kutunggu untuk menyapaku.


Ada Anak Bertanya Pada Bapaknya

foto dari sini


ada anak bertanya pada bapaknya
buat apa berlapar-lapar puasa
ada anak bertanya pada bapaknya
tadarus tarawih apa gunanya
 
 lapar mengajarmu rendah hati selalu
tadarus artinya memahami kitab suci
tarawih mendekatkan diri pada ilahi

 lihat langit keanggunan yang indah
membuka luas dan anginpun semerbak
nafsu angkara terbelenggu dan lemah
ulah ibadah dalam ikhlas sedekah

Source: dari sini 

ga tau kenapa tiba-tiba suka sekali dengan lagu ini. bukan karena dinyanyikan ulang oleh penyanyi setampan Dimas Beck lho ya. hehehe. 
mungkin karena sedang merindukan abah ditengah padatnya kegiatan baru yang aku lalui dalam fase baru umur dan titelku :) tetap beliau, seorang sarjana jurusan agama islam, seorang ustadz TPA (tingkat RT), seorang wirausahawan bijaksana dan jujur, dan juga seorang ayah, yang menjadi inspirasi dalam seumur hidupku.. ga terasa udah hampir dua kali umurku berlalu, semenjak ditinggal beliau. dan alhamdulillah kami masih mengingatnya jelas.