salah satu mata kuliahku semester ini, sejarah dan preservasi kota, membahas tentang upaya pelestarian kawasan.. jujur, untuk menentukan judul awal tugas besar yang akan diambil, kami cukup kesulitan. karena pak antariksa selaku dosen penanggung jawab mata kuliah ini memberikan beberapa persyaratan, yang salah satunya adalah tidak boleh mengambil dari judul skripsi mahasiswa brawijaya yang telah ada. kami bingung, karena rata-rata tempat yang butuh dilakukan perencanaan pelestarian di wilayah malang sudah hampir-hampir habis.
namun ketika suatu hari saya iseng browse di internet mengenai keberadaan desa adat, ditemukan sebuah desa bernama Ngadas. saat pulang aku bertanya pada ibu letak desa ini, dan wah ibu mewanti-wanti agar tidak mengendarai motor ataupun membawa motor saya menuju tempat ini. huff, timbul banyak sekali pertanyaan dalam benak, karena dari kami berlima (anggota kelompok tugas besar) tidak ada satupun yang pernah mengunjungi desa itu.
setelah pengurusan surat di kantor bupati selesai, aku dan Lita berniat untuk berangkat menuju desa Ngadas untuk mengirimkan surat ijin survey sekaligus mengurus segala akomodasi selama kami nanti berada disana. namun ketika sampai dikantor kecamatan poncokusumo, semua pegawai kantor melarang kami untuk berangkat ke desa Ngadas. alasannya saat itu adalah kondisi cuaca yang buruk, dan akses jalan menuju desa ngadas sangat berbahaya terutama karena kami hanya berdua, wanita pula. namun dari kunjungan kami ke kantor kecamatan itu, kepala desa Ngadas telah mengetahui keberadaan beberapa mahasiswa brawijaya yang ingin melakukan survey di sana melalui alat komunikasi HT yang dipergunakan untuk berkomunikasi dengan para perangkat desa seluruh poncokusumo yang servernya memang di kantor kecamatan.
h-2 kami berangkat survey, disepakati bahwa kami akan menginap sehari disana. namun sampai h-2 keberangkatan, kami belum juga bisa menghubungi perangkat desa Ngadas satupun guna mengurus akomodasi. akhirnya setelah berulangkali rapat, diputuskan bahwa harus ada yang berangkat ke Ngadas besok hari untuk mengurus akomodasi selama disana.
esoknya, h-1 bertepatan dengan hari jumat, aku Lita dan Abdus (yang meskipun bukan anggota kelompok kami, namun dia mau membantu) bertekad naik ke Ngadas. dan tidak seperti gambaran yang diberikan oleh para pegawai kantor kecamatan kemaren, jalan menuju ngadas tidak seburuk yang kami bayangkan. jumat itu kami bertiga disana menemui bapak carik untuk mengurus akomodasi. setelah beres, sekitar adzan ashar kami kembali ke Malang.
esoknya kami berjanji untuk datang pukul 7 pagi di depan BCA Tumpang, kami naik pick-up yang kami sewa untuk mengantar dan menjemput kami dari Ngadas. perjalanan kurang lebih satu jam, dan kami sungguh menikmati pagi itu. (minus one fotonya, aku, hehe)
ketika tiba di Ngadas, kami hanya bertemu dengan kepala Dusun Ngadas yang memberi kami sedikit arahan untuk melakukan surve, sekaligus membicarakan akomodasi. pukul 4 sore kami berencana untuk berkunjung ke rumah Pak Ngatrulin, dukun adat Desa Ngadas yang dihormati. untungnya ada 2 kawan (tito dan kurnia) yang paham akan bahasa Jawa, karena pak Ngatrulin sendiri tidak begitu fasih dalam berbahasa Indonesia, maka kami sepakat untuk mewawancarainya dengan bentuk percakapan bahasa jawa kromo-inggil. sesil bertugas sebagai perekam percakapan, sementara aku dan lita sibuk memfoto dokumen yang dimiliki beliau, serta memfoto struktur bangunan rumah Pak Ngatrulin yang kami anggap sudah berumur namun tetap kokoh sehingga perlu dilestarikan. ini adalah foto beliau.
malam beranjak datang ketika kami selesai mewawancarai bapak dukun adat. kami pamit undur diri untuk sholat magrib dan begitu keluar dari rumah, kami kaget dengan suhu udara yang sangat rendah. aku dan beberapa kawan sempat terkagun-kagum dengan keadaan ini. namun beginilah kondisi yang ada di Desa Ngadas, desa tertinggi di Pulau Jawa, dengan ketinggian wilayahnya yang berada pada 2500m dpl. bayangkan betapa dinginnya. jaket jurusan PWK yang aku bawa tidak mampu menghalangi udara yang menusuk ini. selang waktu menuju isya, kami balik ke rumah warga tempat kami menginap.
kegiatan kami lanjutkan esoknya. survey persil lita, survey utilitas, dan berbagai survey kami targetkan selesai dalam satu hari itu. tak lupa kami berfoto kelompok bersama, sekedar mengabadikan keindahan desa Ngadas, dengan view puncak semeru di timur desa, sungguh indah pemandangan disini. lita berkata, mungkin dia akan mengambil skripsi di desa ini. dan aku, tentu tak akan menyia-nyiakan kesempatan itu untuk ikut bersamanya kesini lagi.
desa yang masih menjaga kemurnian adatnya. desa dengan tiga jenis perbedaan agama yang mayoritas (Budha, Islam, Hindu) masing-masing menjaga kerukunan dan sikap menghargai yang bermuara pada kesatuan suku Tengger. desa yang penuh dengan kearifan lokal. desa dengan panorama alamnya yang indah dari segala penjuru mata angin. desa di balik awan. Ngadas.
gunung semeru menjulang di titik timur
pemukiman di Desa Ngadas
wihara dan diatasnya terdapat punden untuk upacara adat
pola tanam Desa Ngadas, ada yang janggal?
wajah mereka,,