Assalamualaikum!
Lanjut lagi ke bagian kedua dari judul blogpost yang sama beberapa hari kemaren ya. Membahas mengenai serunya Kota Jogja secara khusus dan Propinsi DIY secara umum. Dan well... Kadang meneruskan apa yang sudah ada itu tidak semudah memulai saat segalanya belum tersedia loh, harus mempersiapkan matang-matang bahan yang akan dijadikan bahan terusan agar tidak garing. Nulis blogpost yang ini nih contohnyee.. =D
Hmm, saat jemari ini menulis, aku lagi dalam masa-masa yang bisa dibilang sangat apes tapi juga sangat beruntung. Hehehe nggak mau rugi guwe. Kenapa? Gini nih ceritanya..
Beberapa hari ini emang kegiatan outdoor bersama kawan-kawan sering banget, jadi pulang ke kos larut. Dan intensitas berada dijalanan sering banget kan.. Mulai dari buka bareng puasa sunnah-nya Mbak Putri di Bakmi Pele sehabis takziyah ke kawan kuliah D3 Mbak Putri yang ibunya meninggal karena sakit, innalillahi wa inna ilaihi rooji'un. Beberapa hari setelahnya ada acara keluar nonton bareng kawan-kawan PWK UB (teman S1) di UGM, lalu yang terakhir kemaren adalah ikutan anak-anak sekelas ke Hari Sekaten terakhir. Tau kan Sekaten? Kalau menurut wikipedia, Sekaten adalah adalah acara peringatan ulang tahun Rasulullah SAW yang diadakan pada tiap tanggal 5 bulan Mulud (ato Rabiul Awal) di alun-alun utara Surakarta dan Yogyakarta.
Upacara ini dulunya dipakai oleh Sultan HB I untuk mengundang masyarakat mengikuti dan memeluk agama Islam. Pada hari pertama, upacara diawali saat malam hari dengan iring-iringan abdi Dalem (punggawa kraton) bersama-sama dengan dua set gamelan Jawa: Kyai Nogowilogo dan Kyai Gunturmadu. Iring-iringan ini bermula dari pendopo Ponconiti menuju masjid Agung di alun-alun utara dengan dikawal oleh prajurit Kraton. Kyai Nogowilogo akan menempati sisi utara dari masjid Agung, sementara Kyai Gunturmadu akan berada di Pagongan sebelah selatan masjid. Kedua set gamelan ini akan dimainkan secara bersamaan sampai dengan tanggal 11 bulan Mulud selama 7 hari berturut-turut. Pada malam hari terakhir, kedua gamelan ini akan dibawa pulang ke dalam Keraton. Dan esoknya adalah rangkaian prosesi Gunungan dan sebagainya yang dapat dibaca dengan seksama di wikipedia..
Pada masa sekarang, upacara Sekaten tetap memegang teguh urutan acara tanpa kurang satupun loh. Kecuali waktu pelaksanaan Pasar Malam Sekaten-nya yang menjadi 1 bulan penuh yakni 12 Rabiul Awal kebelakang. Jadi puncak akhir pasar Sekaten itu yaa pas Gunungan dibagi ke masyarakat pada hari-H 12 Rabiul Awal.
...Subhanalloh Wahai Junjungan Besar..
Andai Engkau masih disini, terpuaskanlah rindu kami akan sosokMu. Jasa yang begitu besar membuat peringatan kelahiranmu saja menjadi acara besar dan megah yang dipuja dan pasti diingat oleh seluruh umat Islam-Mu...
Jadi untuk ikut memeriahkan acara Sekaten ini, ada seorang temen sekelas ngajakin ke Sekaten gara-gara dari kemaren-kemaren kami sekelas undah janjian mau ke Sekaten bareng tapi ga juga terlaksana akibat dari padatnya jadwal kuliah (dan jadwal pribadi, hihihi).
Ini aku share gambar yang kujepret dengan sengaja di Sekaten =)
Si Mbah Kung ini ke Sekaten (yang entah keberapa kalinya) menikmati suasana #apanyayangdinikmatiya |
Siomay #katanya |
Kami Yang Jalan-Jalan (minus aku) |
Kalau Kataku Ini Dremulen, Kalau Katamu? =D |
Sepulang dari acara Sekaten ini, wajahku menunjukkan tanda-tanda bakal sakit. Panas, perih kaya pecah-pecah kena debu gitu. Sedikit gatel juga, kupikir karena debunya Sekaten jadi kubersihin muka secara normal. Tapi waktu itu sih aku nggak ngerasa bakal parah. Eh besoknya setelah hunting foto Grebeg Mulud di Alun-Alun Utara, jadi begini ini wajahku..
Indikasi Udah Kelihatan Sakit - Malam Hari |
Besoknya ternyata bintik nanahnya pecah, sehingga diagnosa herpes itu terpatahkan. Fix kena racun hewan macam tomcat inii.. huhuhu. AKHIRNYA AKU KENA "AGRESI" SI TOMCAT =(
Sungguh aku enggak inget kapan berinteraksi dengan hewan sehingga bisa seperti ini wajahkuu =((
Dan beginilah kondisiku esoknya waktu di kampus..
Taraaa !!
Waktu Keluar Sama Anak-Anak Aku Minta Foto, Bener-Bener jadi pusat perhatian.. Lukanya kaya luka bakar atau bekas kekerasan kata kawan-kawan! Huhuhu |
Close Up Luka di Hari ke 3 |
Sudah mengelupas =D |
Pengennya stay di kamar aja ampe sembuh. Hi hi hi.
Tapi aku belajar banyak dari kejadian ini nih. Kondisi pertama kali jauh dari rumah dalam keadaan sakit, mama dirumah udah nyuruh ini itu, kesini kesitu, dan aku cuma bisa jawab "tenang Mii.. I'm fine overall"..
Soalnya kalau kena herpes beneran, itu gawat daripada kena racun tomcat. Perlu penanganan segera. Sehingga nggak menyebar ke daerah lain di tubuh kita, Herpes nyerang syaraf. Racun tomcat merusak sel kulit. Itu sih bedanya.
Eh! Tapi wajah ni juga perlu penanganan segera kali..! Kalau dapet kenang-kenangan bekas luka bisa ga qualified daftar Miss Universe! Huahahaha..
Ada yang bilang, sakit itu mengurangi dosa. Sakit juga membuat kita sadar berapa mahal kita membeli kesehatan. Sehingga, bersyukurlah selagi kamu masih bisa bernafas dengan baik ga batuk-batuk, melihat dengan jelas ga katarak, berjalan dengan santai ga pakai kursi roda, dan berpikir dengan jernih ga kaya orang gila. Syukuri apa yang kamu punya, sekurang apapun kamu merasa.
Karena aku belajar satu hal dari kehidupanku di Jogja.
Kamu bisa bilang "kurang", "nggak enak", "aneh nih" atau kata sifat apapun yang jelek atau negatif itu karena kamu sedang menggunakan inderamu untuk keinginanmu menilai kepada hal yang lebih baik dari yang kamu lihat, dengar, rasakan dengan indera..
Jadiii... Ada baiknya setelah kamu berkomentar kurang ini kurang itu, lihat kebawah, cari tau tempat lain, perhatikan disekitar..
PASTI ada yang lebih kekurangan daripada kamu.
Pelajaran penting lain ada di postingan lanjutanku setelah postingan ini karena aku ngerasa ini udah puanjang banget =D hahaha.
Sekian posting edisi Jogja You Are Too Kind 2 ini yaa..
Next..
Foto- Foto Grebeg Maulud!