24 Sep 2015

September

Langkahku terhenti sejenak, melihat senyum.
Langit biru kembali menuntun.
September menyapa.

Keyakinan ini tidak redup,
Tetap berada dalam batas, meski terpaksa.
Tetap ada dalam batas, walau tak bisa.

Kembali ke hari dimana suratnya kau baca.
Ku pilih jalan lain, agar kau tak lihat malu ku.
Aku tertawa, patah hati, juga remuk redam.

Awan putih sejajar kaki,
Melangkah pergi dari sakitnya diri.
Hujan hangat menutup september.

30 Jun 2015

Lagu Kita, Adakah?

Waktu dan ekor detiknya melesat begitu cepat. 3 bulan terlewat semenjak postingan terakhir di laman ini ku publish.
Masih dikota yang sama, masih dalam mimpi-mimpi kelabu yang sama. Usia saja yang berbeda.
Haish, nampak makin tua makin sempit saja ruang berpikir untuk sejenak mengkoreksi jalan yang dipilih. Jalan yang kupilih, jalan yang terpilih..

Sambil lalu aku memang sebentar menoleh, untuk sekedar mengingatmu.
Untuk sekedar mengetahui kabarmu.
Untuk sekedar tahu, apa disana baik sajakah kau?
Masih bahagiakah?
Apakah jalanmu itu, jalan yang dulu pernh sebentar membuatku tertarik untuk juga memilih...masih menjadi favoritmu dan mereka.

Ah, waktu berjalan begitu cepatnya.
Aku tahu tak banyak musisi dunia yang menjadi favoritmu. Pun aku, sebenarnya.
Beberapa lagu favoritku bahkan merupakan lagu terburuk bagi sebagian karibku. Haha. Nevermind.
Sejenak aku mendengar lirik, beberapa lirik tepatnya, lagu yang dulu kerap kau putar ditelingaku.
Kerap kau bahas di laman blogmu.
Kerap kau kirimkan padaku via media sosial. Aku pun tidak sepenuhnya sadar, kau mencoba mengucapkan selamat tinggal padaku lewat lagu-lagu itu.

Yah, masih bodoh kok, aku. Masih. Persis seperti setahun setengah lalu.
Saat kau menertawai konsepku, saat kau mengata-ngataiku idealis.
Yah.. saat aku sedikit demi sedikit memasukkan kata-katamu nan pedas itu ke kepala.......dan hatiku.

Sialnya, saat kini kita tak lagi berada dijalan yang sama. Aku sangat kehilangan sosokmu.
Well. Well. Aku jatuh dalam pencarian terlarang.
Iya, kau memintaku untuk tak mencarimu.
Pun kita sama-sama tahu. Aku masih disini, dan kau sudah kembali kesana.
Akhirnya hanya lagu-lagu itu yang merajut sedikit demi sedikit sosokmu. Yang hingga kini hanya bisa kunikmati sebatas punggung dan jam tangan digital saja.

Inilah roda delman kita, yang terus berputar dengan berbeda koordinat.

Aku akan selalu mendoakanmu dalam rindu yang tidak boleh aku menangkan.

Dan kamu, akan selalu hidup dalam lagu-lagu kita.
Entah tentang cinta, entah pujian gombal, entah kebodohan, dan entah bahkan kenangan.

Depok Sleman, 18 Ramadhan.

13 Mar 2015

Sempurna

Pencapaian terhadap apapun pasti ada puncaknya. Sejauh apapun kaki melangkah, ketika kita memutuskan untuk istiqomah dan berjuang, pasti cepat atau lambat..puncak itu kan tergapai.


Alhamdulillah sekali, akhirnya saya sudah berhasil menyelesaikan jenjang ini. Sekolah tinggi tahap dua saya, di Yogyakarta.
Hari itu, 12 Maret. Mungkin salah satu hari bersejarah yang saya punya bagi catatan hati.
Iyap. Saat dewan penguji sidang menyatakan saya lulus.
Syukur dan syukur. Ini adalah satu kebanggan tersendiri. 


Terimakasih banyak buat semuaaaa orang yang mendukung dan juga mendoakan saya. Doanya didengar dan sampai keatas :")
DIA mendengar ketulusan kalian.
Dan saya harap, apapun keinginan baik kalian, akan saya bantu doakan. Tulus ikhlas. Seperti yang kalian beri pada saya.

Terutama beliau, yang selalu meminta saya segera pulang. Pastilah ini juga berkat berjuta doa dari beliau. Terimakasih banyak Ma.

25 Feb 2015

Semua Kan Sepi

Tetiba ingat, aku masih berhutang satu kata terimakasih..

Dan satu kata maaf.

Perkenalan kita begitu singkat, pun cerita yang terukir didalam perkamennya.
Itu menyenangkan. Aku menikmatinya.. Diantara sedih dan perasaan tertekan akan bingungku dan takutmu akan tujuan.
Yap, tujuan kita berbeda.

Kau tau? Betapa terkejutnya aku tau ada apa dibalik senyum dan diam mu yang selalu menjadi topengmu itu.
Aku terkejut. Namun bertopeng senyum.
Sama. Seperti yang kau lakukan pada dunia.
Iya, sama. Seperti yang kau ajarkan.

Darimu, aku belajar berjalan setelah sempat terkilir sesaat dan pandangan ini hitam.
Nampaknya aku harus menorehkan inisialmu diantara yang lain, dalam ucapan puji kehadirat-ku.
Namun kiranya aku diijinkan, saatnya sudah tiba tuk tidak lagi lebih dalam mengetahui segalanya tentang kamu.
Karena kurasa ini terlalu jauh. Dan kurasa sebelum semakin jauh. Karena bukan itu yang jadi keinginanku atasmu selama ini.

Maaf ya.

Aku rindu, tapi yasudahlah.

Kau memang harus pergi.
Dan tak apalah, meski ini semua kan segera kembali...sepi.

Kau tak harus, tak usah lagilah..tuk kembali,
Jika saatnya nanti saat kau baca torehanku ini.

~ngejawab lagu ciptaan Eross, Berai.
Kebetulan pas dengan kondisi sekarang~

10 Jan 2015

Jangan Berhenti

Setiap kali ada yang ingin diutarakan, kau tak jarang urung.
Akhirnya hanya gerutuan samar.

Amarah yang membakar otakmu hingga habis, dengan sukses menikmatimu dalam diammu yang tak dipahami.

Jaman sekarang, apa yang tidak ada sih?
Apa yang tidak bisa.

Mereka mengajari untuk tak henti bersyukur padaNYA.
Namun bersyukur tidak akan membuat kita menghentikan "pre test"-Nya.

Ujian? Adalah teman.

Maka, oleh apa yang ada.
Maka, oleh apa saja yang tersedia.
Gunakanlah.

Menulislah jika ingin menulis.
Katakan, jikalau ada yang ingin kau utarakan.
Menarilah, saat mimpi mulai menampakkan jatidiri.
Berlari sajalah, kala semua yang ingin kau hindari tak kunjung pergi.
Sayangi, jika hatimu jatuh terdiam saat melihatnya.
Cintai, dan jangan berhenti.

Lakukan, dan jangan berhenti.
Jangan sekalipun berhenti.


PS : untuk tweet yang meluncur saat timelineku ter-refresh.

6 Jan 2015

Stuck

Tulisan ini diciptakan semata karena tidak tahu lagi harus bagaimana.
Sudah berganti bulan dan saya bingung kelanjutan tulisan saya. Pilihannya satu, selesaikan.
Memang tidak ada jalan mudah menuju keberhasilan. Ya..disitulah sepertinya aku sedang berada.
I am stuck. And surely do not know what to do.

Hari-hari penuh kecemasan. Menjelang tidur dipenuhi rasa bersalah. Bangun dengan kepala berat dan makin bingung harus apa. Halangan ini terasa berat. Semoga aku dianugerahi bahu dan otak yang mampu mengatasi.

Tangisan demi tangisan bingungku terus mengalir. Harus bertanya ke siapa lagi? Tentu hanya aku yang paham ini. Ini tulisanku, karyaku, harus kuselesaikan awal tahun ini. Banyak list perbaikan yang harus segera di check. Jangan ada yang tertinggal uncheck.

Maa.. maafkan anakmu.
Terimakasih untuk doa-doanya. Semoga doamu segera sampai ke langit terakhir Ma.