Salam.
Tiba-tiba ingin banget nulis disini soal Abah.
Tak terasa sudah bertahun lamanya kami tidak lebaran bersama sosok beliau.
Inilah aku, sedang perjalanan menuju rumah dari kota kenangannya, Yogyakarta, yang tidak pernah kubayangkan bisa melanjutkan jejak beliau disana.
Ayah, Ayah, terimakasih.. kau beri aku cinta.
Ayah, Ayah, terimakasih.. ajarkan aku hidup.
Sampai sekarang nama beliau masih terukir dihati, meski nisannya berlumur lumut hingga tak mampu satu huruf pun bertengger disitu.
Sampai sekarang masih aku rindu tuk pulang dan berbincang dengannya dalam hening, meski yang teringat adalah saat sejengkal tanah tersebut basah dan jasadnya baru saja selesai dikebumikan.
Abah, Fiya kangen.
Apa yang bisa Fiya beri untuk mengobatinya?
Abah, Fiya kangen.
Apa ya? Yang mampu menyamakan bangganya Fiya memiliki nama indah ini..karena ini cuma satu-satunya warisan tak ternilai yang masih bisa Fiya nikmati hingga seperempat abad umur ini.
Abah, terimakasih. Sudah begitu sayang dan menyayangi Fiya.
Sudah sekuat tetes darah terakhir membahagiakan Fiya.
Andai Abah masih ada, Fiya ingin berbagi bahagia kami ditiap Idul Fitri yang kami lalui.
Ingin sekali satu mimbar sujud denganmu. Ingin menikmati indahnya dunia disisa hidup. Ingin tertawa lagi bersama...ingin belajar bahasa Jambi dengan Abah.
Banyak sekali yang belum Fiya mampu sampaikan langsung.
Abah... sampai jumpa disaat nanti semua rindu ini terbebaskan.
Sampai jumpa disana Bah.
Allah selalu bersamamu.